Lihat ke Halaman Asli

Setiyo Bardono

TERVERIFIKASI

Staf Kurang Ahli

Raja Kelana Dari Negeri Poci

Diperbarui: 29 November 2022   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Antologi Puisi 12 Dari Negeri Poci: Raja Kelana (dok. pribadi)

Mendekati isya di malam minggu (26/11/2022), Raja Kelana mengetuk pintu rumah saya. Bersama kurir berwajah letih, buku antologi puisi ini pasti ikut berkelana menyusuri keriuhan jalan raya hingga sempit gang-gang.

Di era digital, jasa ekspedisi terus tumbuh seiring meningkatnya transaksi jual beli online. Kabar gembira tak lagi didominasi Pos Indonesia yang membuat pernah Vina Panduwinata riang menyanyikan lagu 'Surat Cinta.'

Hari ini ku gembira/ Melangkah di udara/ Pak pos membawa berita/ Dari yang kudamba

Antologi Puisi Dari Negeri Poci (DNP) bertajuk Raja Kelana ini memuat karya 144 penyair dari berbagai wilayah di Indonesia. Karya mereka telah lolos seleksi oleh Tim Kurator dari Komunitas Radja Ketjil/Dari Negeri Poci sebagai penggagas penerbitan buku antologi puisi ini.

Dari Negeri Poci merupakan serial buku antologi puisi yang mencoba merekam jejak kepenyairan para penyair Indonesia dari tahun ke tahun secara lintas generasi, lintas gender, dan lintas genre.

Buku Antologi Puisi Dari Negeri Poci terbit pertama kali pada 1993. Hingga tahun 2022 antologi puisi ini telah mencapai seri ke-12. Pada 1994 terbit buku Dari Negeri Poci 2 dan disusul Dari Negeri Poci 3 pada 1996.

Selanjutnya mulai 2013, DNP hadir dengan tema yang telah ditentukan yaitu DNP 4: Negeri Abal-abal (2013), DNP 5: Negeri Langit (2014), DNP 6: Negeri Laut (2015), DNP 7: Negeri Awan (2017), DNP 8: Negeri Bahari (2018), DNP 9: Negeri Pesisir (2019), DNP 10: Rantau (2020), dan DNP 11: Khatulistiwa (2021)

Raja Kelana menjadi tema Buku Antologi Puisi Dari Negeri Poci ke-12. Para penyair dalam buku ini mencoba menuliskan imajinasi maupun pengalaman batin terkait kelana atau kembara.

Pengembaraan tidak harus pergi ke tempat yang jauh atau asing, menyepi dari keriuhan. Saat di depan laptop atau di beranda rumah, pikiran kita bisa mengembara tanpa batas, mencari inspirasi untuk dituliskan menjadi puisi.

Penyair Amrin Tambuse dalam puisinya berjudul "Akulah Raja Kelana" menuliskan: Aku hanya seorang pengelana/ melintasi benua-benua di dunia/ tanpa peta, tanpa batu-batu/ tanpa patahan ranting sebagai penanda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline