Lihat ke Halaman Asli

Setiyo Bardono

TERVERIFIKASI

Staf Kurang Ahli

Resep Wingko Tulisan Tangan Mbokde

Diperbarui: 18 November 2022   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Selembar kertas itu saya temukan terselip di buku catatan arisan ibu-ibu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga). Isinya berupa resep wingko yang ditulis tangan oleh almarhum mbokde (bude) saya.

Saat pulang ke kampung halaman di Purworejo, Jawa Tengah, biasanya saya suka membuka lemari buku. Sekedar mengingat kenangan di masa lalu, semacam nostalgia karena banyak peristiwa yang terlupa.

Saat membaca resep wingko tulisan tangan mbokde, saya langsung terpesona dengan kerapian tulisannya. Sangat khas sekali: rapi, teratur, dan tak terlihat ada salah tulis. Tulisan seperti itu mencerminkan kesabaran dan ketenangan hati.

Saya jadi ingat pelajaran menulis halus atau menulis tegak bersambung sewaktu belajar di Sekolah Dasar. Waktu itu, saya termasuk anak yang kurang telaten. Hasilnya tulisan tangan saya tidak rapi dan naik turun.

Sebenarnya wingko bukan merupakan salah satu makanan khas Purworejo yang lebih terkenal dengan lantingnya. Wingko babat merupakan makanan khas dari Semarang, Jawa Tengah yang ternyata awal mulanya berasal  dari Lamongan, Jawa Timur.

Artikel Kompas.com berjudul 'Meluruskan Klaim Wingko Babat' tanggal 14 Desember 2009 menuliskan bahwa wingko babat pertama kali muncul di Semarang sekitar 1946. Wingko babat dibawa oleh Loe Lan Hwa bersama suaminya The Ek Tjong. Keduanya mengungsi dari Kota Babat, Lamongan ke Semarang pada 1944.

Saat itu di Semarang belum ada orang yang menjual kue wingko, Loe Lan Hwa dibantu suaminya membuat dan menjual wingko mulai tahun 1946. Kue wingko buatan Loe Lan Hwa ini ternyata banyak disenangi warga Kota Semarang.

Sebagai kenang-kenangan terhadap Kota Babat tempat ia dibesarkan, Loe Lan Hwa menyebut kue buatannya sebagai wingko babat. Wingko babat lambat laun makin terkenal, banyak dicari orang, dan  dan menjadi oleh-oleh khas Semarang.

 Saya menduga, mbokde menulis resep wingko untuk dipraktekkan bersama ibu-ibu PKK. Mbokde memang aktif menjadi pengurus PKK, organisasi kemasyarakatan yang memberdayakan peran perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan.

Berikut saya tuliskan ulang resep wingko tulisan tangan mbokde.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline