Berbuka puasa dengan gorengan menjadi favorit banyak orang. Gorengan seakan menjadi menu buka puasa yang harus ada dan tak boleh terlewatkan. Namun, saat minyak goreng sedang jual mahal, penggemar gorengan harus siap-siap merogoh kocek lebih dalam.
Biasanya saat Ramadan, menjelang sore hari lapak penjual gorengan dan aneka menu berbuka puasa bermunculan di pinggir jalan, bagai minyak goreng kemasan yang tiba-tiba bermunculan di rak-rak minimarket dan supermarket setelah pemerintah mencabut aturan harga eceran tertinggi (HET).
Mahalnya harga minyak goreng (migor) memang membuat cemas emak-emak jelang bulan Ramadan. Demikian juga penjual gorengan di sekitar tempat tinggal saya. Pada hari-hari biasa, gorengan seperti tempe goreng, tahu goreng, cireng, bala-bala, dan lain-lain harganya seribu rupiah per potong.
Setelah ada gonjang-ganjing kelangkaan migor disusul melambungnya harga migor, para penjual gorengan ikut merevisi harga. Harga gorengan yang biasanya sepotong seribu Rupiah, menjadi Rp 5 ribu untuk 4 potong.
Saat puasa, biasanya harga kebutuhan pokok lain juga ikut naik. Apakah harga gorengan akan menyesuaikan juga?
Pasti saat ini, sepertinya penjual gorengan sedang dilanda dilema. Harga dinaikkan takutnya kurang laku, harga tetap bisa rugi. Mungkin para pedagang gorengan harus membuat webinar untuk merumuskan harga keekonomian gorengan saat bulan Ramadan ketika migor jual mahal. Bertahan dengan harga Rp 5 ribu 4 potong gorengan atau naik menjadi Rp 5 ribu untuk 3 potong gorengan atau malah 2 potong gorengan.
Salah satu cara mungkin para penjual gorengan akan berburu minyak goreng curah yang harganya disubsidi. Jadinya di pasaran akan ada dua versi gorengan dengan harga berbeda: gorengan curah dan gorengan premium.
Siasat lainnya dengan mengecilkan ukuran gorengan. Tempe diiris setipis kartu ATM yang saldonya menyedihkan, atau kalau bisa lebih tipis lagi setipis silet. Demikian juga dengan ukuran bala-bala atau cireng dengan isi yang lebih minimalis.
Begitu juga dengan tahu isi yang lebih menyederhanakan isiannya, misalnya irisan sayur kol. Saat menggoreng biar syahdu bisa sambil menyanyi lagu hits "Andai Dia Tahu" dari Kahitna yang sudah dimodifikasi: Bilakah dia tahu, minyak goreng mahal sekali. Semenjak hari itu, tahu isi merana.
Saat mencoba menebak harga gorengan di bulan Ramadan, tiba-tiba saya teringat pesan dokter. "Bapak kan darahnya mulai tinggi, jadi belajar kurangi garam, gorengan dan mi instan." Waduh!