Lihat ke Halaman Asli

Setiyo Bardono

TERVERIFIKASI

Staf Kurang Ahli

Mengintip Penelitian Bioenergi di Sela Kebun Kopi Balittri

Diperbarui: 22 Januari 2019   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dibyo Pranowo, Peneliti Ekofisiologi di depan reaktor biodiesel buatannya. (foto Setiyo)

Keberadaan kopi semakin poluler seiring menjamurnya kedai kopi di beberapa daerah di Indonesia. Kopi tak lagi menjadi minuman wajib bagi orang tua, tapi juga menjadi minuman favorit kaum muda atau sering disebut generasi milenial. Segala hal terkait dengan kopi menjadi topik pembicaraan para pencinta kopi.

Meskipun saya hanya penikmat kopi sachetan, tapi pembicaraan tentang bioenergi dan kopi di Rabu pagi itu (16/1/2019) di Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) di Jalan Raya Pakuwon Km 2 Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat sangat menarik. 

Suasana bertambah hangat karena Kepala Balittri, Syafaruddin Deden menyuguhkan secangkir cokelat hangat, sukun goreng, dan cokelat olahan.

Deden mengisahkan, Balittri yang merupakan unit di bawah Badan Litbang Pertanian berdiri sejak 12 Oktober 2011 dengan mandat melaksanakan penelitian empat komoditas utama yaitu kopi, kakao, karet, dan teh. Sementara komoditas pendampingnya ada kemiri sayur, kola, makadamia, melinjo, tamarin, iles-iles dan jarak pagar.

Selama hampir 7 tahun, Balittri telah menghasilkan berbagai jenis varietas dari empat komoditas utama tersebut. Untuk komoditas kopi, selain jenis arabika dan robusta, Balittri mengembangkan kopi yang masih asing di telinga saya yaitu kopi Liberika. 

Balittri pada 2015 melepas 2 varietas kopi Liberika hasil kerja sama dengan Pemda Riau yaitu Liberoid Meranti 1 (LIM 1) dan LIM 2. Varietas memiliki keunggulan mampu beradaptasi di lahan pasang surut dan memiliki toleransi tinggi pada tanah yang kurang subur.

Kopi Pakuwon hasil olahan bioindustri Balittri (Foto Setiyo)

Deden menerangkan, Liberika merupakan jenis kopi yang memiliki cita rasa unik antara Arabika dan Robusta. Kopi ini banyak disukai oleh Malaysia dan Singapura sehingga banyak petani di beberapa daerah yang mengekspor ke negara tersebut. Kopi ini sering disebut kopi nangka karena daunnya besar-besar.

Selain 2 varietas kopi Liberika, pada 2018 Balittri melepas 4 varietas kopi Robusta dari Lampung yaitu varietas Korolla 1, Korolla 2, Korolla 3 dan Korolla 4. Korolla merupakan singkatan dari Kopi Robusta Liwa Lampung Barat.

Pada 2017, Balittri mendapat mandat untuk melakukan perbanyakan kopi Arabika dan Robusta yang dibagikan secara gratis kepada petani. Karena sifatnya cross pollinated (menyerbuk silang), kopi Robusta jika diperbanyak dengan biji akan tumbuh dengan bermacam-macam kualitas. 

Untuk itu, perbanyakan benih Robusta di Balittri menggunakan stek berakar. Sementara, kopi Arabika umumnya menyerbuk sendiri (self pollinated) sehingga bisa diperbanyak menggunakan biji.

Fasilitas perbenihan komoditas perkebunan di Balittri terbilang modern dan lengkap dengan kapasitas produksi 2 juta benih per tahun. Balittri juga memiliki rumah kaca yang temperaturnya bisa diatur, karena efek dari temperatur dalam penyekapan saat pemasangan stek sangat bepengaruh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline