Lihat ke Halaman Asli

Setiyo Bardono

TERVERIFIKASI

Staf Kurang Ahli

Mengenal Largo Super, Teknologi Padi Lahan Kering

Diperbarui: 16 Februari 2018   04:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Pixabay

Perjalanan Senin pagi (12/2/2018) dari Yogyakarta menuju Kebumen melewati jalan raya Daendels awalnya lancar jaya. Sayangnya Mbah Peta Gugel yang kadang sok tahu dan kita begitu mempercayainya (he he) menggoda untuk menempuh jalan pintas menuju Kecamatan Puring. Jadinya kami berputar-putar keliling kota dan menjelajah desa.

Untungnya, kami tak tergoda (tepatnya belum) mampir ke warung Sate Ambal, sate khas Kebumen yang bikin kemlecer. Sebab acara penting sudah menanti: Peluncuran Teknologi Largo Super dan Panen Padi Gogo di Desa Banjareja, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen. Siapa Largo Super? Superhero yang nyasar ke Kebumen?

Para pembaca yang budiman, Largo Super merupakan paket teknologi padi lahan kering hasil inovasi Badan Litbang Pertanian atau Balitbangtan. Saat ini, pemenuhan beras nasional sebagian besar berasal dari lahan sawah irigasi. Padahal, Indonesia memiliki potensi lahan yang perlu untuk dikembangkan adalah lahan kering. Biasanya, lahan kering ditanami padi gogo, padi ladang atau padi huma.

Petani di Kecamatan Puring sebenarnya sudah menanami lahan kering dengan pola padi - palawija - palawija. Varietas padi yang ditanam biasanya Ciherang atau Mekongga. Namun produktivitasnya kurang memuaskan, tak lebih dari 4 ton/hektar. Mungkin kalau padi bisa baper, ia akan berkata:

Hidup di lahan kering berat,

kamu tak akan kuat,

biar Largo Super saja.

Penerapan teknologi padi Largo (Larikan Gogo) Super pada lahan 100 hektar di Kecamatan Puring merupakan bagian dari diseminasi hasil teknologi yang dihasilkan balitbangtan. Kegiatan ini adalah kombinasi dari beberapa hasil teknologi di lingkup Balitbangtan.

Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir saat panen padi gogo menggunakan mesin panen di Desa Banjareja, Kecamatan Puring, Kebumen pada Senin (12/2/2018). Foto Setiyo

Untuk tanaman padi, Balitbangtan mendiseminasikan varietas unggul baru (VUB) yaitu Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, dan Inpago 11. Selain itu diujicoba juga tanaman padi hibrida yaitu Hipa 8 dan IPB 9G. Varietas yang diujicoba semua tahan hama, dengan umur rata-rata 105 hingga 115 hari. Ujicoba beberapa varietas dimaksudkan agar petani nantinya bisa memilih mana varietas yang disukai untuk ditanam.

Area lahan kering yang ditanami varietas Inpago di Desa Banjareja, Kecamatan Cipuring, Kebumen. Foto Setiyo

Karena hidup di lahan kering berat, varietas unggul tadi diberi semacam suplemen biar greng! eh biar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Tambahan teknologi lain misalnya penggunaan Biodekomposer Agrodeko ketika olah tanah untuk membantu mendekomposisi biomassa tanaman yang masih sisa supaya bisa dimanfaatkan oleh tanaman padi untuk sumber nutrisi atau hara. Sebelum ditanam dengan larikan gogo, benih padi dicampur dengan pupuk hayati untuk mempercepat pertumbuhan.

Penanamannya pun menggunakan Atabela (alat tanam benih langsung) karya BBMektan (Balai Besar Mekanisasi Pertanian). Modern dan keren kan. Dengan alat itu benih padi tumbuh cepat, merata, dan seragam. Pertumbuhannya berbeda dari cara tanam dengan sistem diawur atau ditugal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline