Lihat ke Halaman Asli

Setiyo Bardono

TERVERIFIKASI

Staf Kurang Ahli

Panen Perdana Padi Varietas Unggul Toleran Salin

Diperbarui: 18 Agustus 2017   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dirjen Penguatan Inovasi Kemeristekdikti, Jumain Appe, bersama Rektor Unsoed dan Bupati Pemalang saat Panen Raya Padi Inpari Unsoed 79 Agritan di Desa Nyamplungsari, Petarukan, Pemalang, Selasa (15/8/2017). Foto Setiyo Bardono

 

Padi itu bunting dulu baru dikawinkan. Kalau orang kan kawin dulu baru bunting.

Warga desa terutama kaum wanita terkekeh-kekeh mendengar penuturan Rektor Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Achmad Iqbal saat menerangkan proses persilangan padi sehingga menghasilkan varietas baru. Cara persilangan yang rumit diterangkannya dengan sederhana.

Selasa siang itu (15/8/2017), di bawah tenda di area terik persawahan, warga Desa Nyamplungsari, Kecamatan Petarukan, Pemalang antusias mengikuti acara Panen Perdana padi varietas unggul toleran salin "Inpari Unsoed 79 Agritan". Varietas padi ini terbilang istimewa karena bisa beradaptasi di lahan salin atau sawah dengan kadar garam tinggi.

Acara panen perdana padi "Inpari Unsoed 79 Agritan" menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ke 72 ini diharapkan bisa membawa angin segar bagi para petani di lahan salin untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Varietas padi "Inpari Unsoed 79 Agritan" dikembangkan oleh Suprayogi dan Noor Farid, pemulia tanaman dari Fakultas Pertanian Unsoed sejak 2010. Varietas ini secara khusus disiapkan untuk bisa ditanam di lahan sawah daerah pesisir yang pada musim kemarau tidak bisa ditanami padi karena peningkatan salinitas (kadar garam) pada saluran irigasinya.

Varietas hasil persilangan antara padi Cisadane dan Atomita-2 ini telah dilepas dengan SK Menteri Pertanian RI No. 1251/KPTS/SR.120/12/2014, tanggal 5 Desember 2014. Varietas "Inpari Unsoed 79 Agritan" telah lolos melalui serangkaian uji daya hasil dan toleransinya terhadap kadar garam tinggi sampai 12 dSiemen/meter skala laboratorium dan uji daya hasil di delapan lokasi lahan salin di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Agar hasil penelitian ini memberi manfaat bagi masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti memberikan bantuan insentif melalui Program Hilirisasi Inovasi Teknologi Perguruan Tinggi. Program ini berupa Produksi Benih dan Pengembangan Padi Varietas Unggul Toleran Salin "Inpari Unsoed 79 Agritan" di empat Kabupaten (Cilacap, Kebumen, Tegal dan Pemalang) dengan luas total 400 hektar.

Dirjen Penguatan Inovasi Jumain Appe, seusai panen perdana "Inpari Unsoed 79 Agritan" mengatakan peningkatan produksi padi melalui pemanfaatan lahan-lahan marjinal, seperti lahan salin bisa mendukung terwujudnya swasembada beras. Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Banyak sekali lahan-lahan di dekat pantai yang tidak bisa dimanfaatkan karena tidak ada teknologi dan komoditi yang bisa ditanam.

Karena itu, kata Jumain, perlu penelitian tanaman padi yang tidak hanya untuk mengatasi masalah asin namun harus menghasilkan malai yang tinggi. Untuk mewujudkannya, harus dikawinkan antara padi dengan akar dan batang yang tahan terhadap asam dengan padi yang produktivitasnya tinggi. Salah satunya hasilnya adalah Padi Varietas Unggul Toleran Salin "Inpari Unsoed 79 Agritan".

Pada kesempatan tersebut, Suprayogi, salah satu pemulia tanaman padi "Inpari Unsoed 79 Agritan" memaparkan hasil pengembangan perdana di empat kabupaten berjalan cukup baik meskipun menghadapi berbagai kendala. Kendala utamanya jika air rob menggenangi tanaman padi dalam waktu yang lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline