Lihat ke Halaman Asli

Setiyo Bardono

TERVERIFIKASI

Staf Kurang Ahli

Mengenal SIKBES-Ikan, Sistem Penjejak Ikan Inovasi BPPT

Diperbarui: 23 September 2016   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halaman muka website SIKBES-Ikan BPPT

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berhasil mengembangkan aplikasi SIKBES-Ikan. Sistem penjejak ikan nan cerdas (intelligent fish tracker) ini dapat memprediksi lokasi potensi keberadaan ikan atau fishing ground (FG) jenis pelagis ekonomis beserta perhitungan nilai ekonomisnya.

Ikan pelagis disebut juga ikan berminyak adalah ikan yang memiliki minyak di jaringan tubuh mereka dan dalam rongga perut di sekitar usus. Fillet mereka mengandung hingga 30 persen minyak. Namun, angka ini bervariasi baik di dalam dan antar spesies. Contohnya tengiri, marlin, wahoo, tuna, sarden, salmon, trout, ikan teri, dan barakuda.

Berdasarkan ukurannya ikan pelagis dibagi dua yaitu ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar. Ikan pelagis kecil biasa berada di tubiran karang dan selalu berpindah tempat, contohnya teri, lemuru, tembang, japuh, kembung. Ikan pelagis kecil ditangkap dengan alat penangkap berupa jaring, seperti jaring insang, jaring lingkar, pukat cincin, payang, bagan, pukat tepi dan pakaya. 

Ikan pelagis besar misalnya ikan tuna, cakalang, dan cucut, bisa ditangkap dengan teknik memancing menggunakan pancing trolling atau tonda. Ikan pelagis besar biasanya ditemukan dekat terumbu karang atau tubiran dimana arus hangat dekat perairan pantai, serta di laut terbuka dengan suhu yang berubah ubah. Bahkan ada beberapa ikan pelagis besar di terumbu yang dalam.

Muhamad Sadly, Ketua tim pengembang SIKBES-Ikan BPPT menerangkan aplikasi ini menggunakan pendekatan integrasi antara metode sistem pakar (Knowledge-Based Expert System/KBES), penginderaan jauh (remote sensing) dan Sistem Informasi Geografis (GIS). "Dengan aplikasi ini, nelayan tak lagi mencari ikan tapi menangkap ikan. Nelayan terpandu ke lokasi ikan sehingga tak banyak bahan bakar terbuang," kata Sadly di Jakarta, Kamis (21/9/2016).

Menurut Sadly, Sistem SIKBES-Ikan mampu menjawab beberapa pertanyaan seperti dimana posisi koordinat FG terdeteksi, berapa jarak dan waktu tempuh dari pos pendaratan ikan ke titik FG, jenis alat tangkap yang layak digunakan, jenis ikan yang kemungkinan jadi target tangkapan, dan lain-lain. Sistem ini memanfaatkan satelit untuk mendeteksi lingkungan laut sehingga bisa diprediksi lokasi keberadaan ikan.  

BPPT bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah mengimplementasikan SIKBES-Ikan di lebih dari 75 persen wilayah perairan Indonesia atau sekitar 19 wilayah perairan NKRI.

Termasuk implementasi di pulau-pulau terdepan seperti Pulau Natuna, dan Nipah. Implementasi SIKBES-Ikan di Perairan Banggai, Sulawesi Selatan diperoleh sebaran FG bulanan dari tahun 2007-2014. Dari hasil observasi dengan pengukuran berbasis citra satelit, diperoleh akurasi di atas 93 persen.

Sistem SIKBES-Ikan juga dirancang berbasis online yang dapat diakses di http://tisda.bppt.go.id/sikbes. Aplikasi ini mampu menyediakan informasi yang cepat, akurat serta tepat guna mengenai daerah penangkapan ikan. Data monitoring wilayah penangkapan ikan disajikan dalam data harian, tiga harian, delapan harian, maupun bulanan.    

"Sebelum melaut, nelayan bisa mendapatkan data dari SIKBES-Ikan melalui koperasi atau instansi terkait. Pemerintah daerah juga bisa mendistribusikan data ini kepada nelayan," kata Sadly.

Sadly berharap aplikasi ini bisa membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan, meningkatkan perekonomian daerah dan devisa negara dari sektor industri perikanan tangkap. Untuk itu, BPPT siap bekerjasama dengan instansi terkait untuk mengimplementasikan SIKBES-Ikan secara nasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline