Hujan deras disertai angin mengguyur terminal Banjar, Jawa Barat, Senin sore (11/7/2016). Saya mengamati deretan bus yang berjajar. Sebagian besar didominasi bus lebaran.
Bus cepat jurusan Jakarta yang saya tunggu datang. E lhadalah kok bus itu sudah penuh. "Naik dari bengkel aja kang. Kalau musim lebaran naik dari sini sulit. Mari saya antar ke sana. Nggak jauh kok," kata tukang becak.
Mendengar kata naik becak, Sita (3 th) riang gembira. Dalam perjalanan sambil dipangku istri saya, Sita terus menyanyi becak istimewa. Sementara adik ipar saya melesat lebih dulu menggunakan ojek.
Sampai di bengkel bus, suasana terminal menyambut kami. Bus yang habis dicuci langsung diserbu penumpang. Pantas saja penumpang di terminal banyak yang tidak kebagian.
Tiba-tiba dua orang lelaki menyapa kami. Setelah mengetahui tujuan kami, mereka menawarkan bantuan mencarikan jok bus. "Pasti dapat lah. Dijamin."
Kami dibawa menuju bus jurusan Kampung Rambutan. Ternyata sampai di dalam bus, saya mendapati jok-jok bus sudah dipagari tali rafia kuning. Setelah kami memilih, tali rafia dibuka. Tentu saja tak gratis, satu jok dipatok sepuluh ribu.
Kata istri saya, ini hal yang biasa saat lebaran. Apa saja bisa dijadikan uang. Bahkan kadang ada yang mematok harga lebih dari sepuluh ribu.
Setelah hampir semua bangku terisi, tiba-tiba ada dua orang berorasi. Intinya karena tempat ini bukan terminal, maka dimohon kesadaran untuk memberi iuran bagi keamanan lingkungan. Satu orang dua ribu saja.
Saat bus hendak berjalan, kondektur memeriksa bus. Ia mendapati tali rafia masih terikat di jok yang belum laku. "Ini apaan pakai dipasang ditali segala," katanya sambil membuka tali rafia.
Begitulah, suasana lebaran membawa rejeki bagi banyak orang. Mungkin ini yang dinamakan ekonomi kreatif. Mumpung lebaran kapan lagi.
Salam Halah