Lihat ke Halaman Asli

Setiyo Bardono

TERVERIFIKASI

Staf Kurang Ahli

Penumpang Gerbong Tujuh

Diperbarui: 7 November 2015   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Mohon maaf kepada para penumpang, Commuterline jurusan Bogor belum dapat diberangkatkan sehubungan adanya gangguan teknis."

Sudah sepuluh menit KRL Commuterline tertambat di Stasiun Cawang. Penumpang mulai resah. Waktu merambat mendekati pukul sebelas malam. Mereka berharap petugas bisa segera mengatasi gangguan teknis, namun yang ada justru pertanda buruk.

Pet!

Lampu di sekujur kereta padam. Sebagian penumpang berhamburan ke peron. Sebagian lagi bertahan, sambil mengeluhkan keadaan. Ada juga yang mengambil kesempatan untuk menduduki kursi yang ditinggalkan penumpang.

Dalam suasana tak menentu, tiba-tiba terdengar teriakan histeris dari penumpang gerbong tujuh. Muka mereka seketika pucat pasi. Ada yang langsung ambruk pingsan. Ada yang terkencing-kencing di celana. Ada yang berhamburan ke peron sambil berteriak: Haa.. Haaaantu....

Sumber ketakutan ternyata berasal dari sesosok tubuh yang entah datang dari mana. Dalam keremangan kereta, pandangan mata masih bisa melihat kalau sosok itu berjalan tanpa berkepala. Ya, tanpa kepala.

Dengan langkah gontai, sosok tak berkepala itu berjalan menyusuri gerbong tujuh. Penumpang yang tertahan di dalam kereta terpaku menatapnya dengan tubuh gemetar ketakutan. Mereka ingin berlari namun seolah ada tangan-tangan gaib yang menahannya.

Langkah manusia tak berkepala terhenti. Perlahan ia mengambil helm hitam yang ada di bagasi. Suasana bertambah mencekam. Helm itu tidak kosong melompong. Ya, benar! Terlihat ada seraut wajah tanpa ekspresi berada dalam helm itu. Dengan santai ia memasang helm itu di atas lehernya. Ajaib! Kepala itu langsung melekat. Wajah yang semula pucat pasi perlahan teraliri darah kehidupan.

Sosok itu menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Seakan memastikan kalau kepalanya tak akan copot lagi. Setelah itu terlihat seulas senyum. "Ah, untung keretanya belum jalan," gumamnya perlahan.

Tanpa melepas helm. Sosok itu keluar. Dengan penuh ketakutan, penumpang di peron beringsut memberi jalan. Tak lama kemudian sosok itu hilang dari pandangan. Entah menuju kemana.

Kegelapan terus menyelimuti malam. KRL Commuterline kembali berjalan. Gerbong tujuh yang lengang terisi oleh penumpang di stasiun-stasiun berikutnya. Namun tak ada seorangpun yang berani menduduki salah satu deret bangku kereta. Sebab ada bercak darah segar di bangku itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline