Lihat ke Halaman Asli

Setiyo Bardono

TERVERIFIKASI

Staf Kurang Ahli

Jangan Biarkan Air Mengalir Sampai Jauh

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tak seorangpun menyangkal bahwa air merupakan salah satu unsur penting kehidupan. Sayangnya, pola hidup kita dalam penggunaan air cenderung seenaknya saja. Memang, air merupakan sumber daya alam yang tak bisa habis. Namun kenyataannya, ketersediaan air bersih makin lama makin menipis.

Becek dan sedikit genangan air di halaman rumah sudah membuat kita risau. Solusi praktis yang terlintas adalah menyemen halaman. Begitu juga dengan jalan dan gang, kerja bakti mengeraskan jalan serentak dilakukan. Saluran air diupayakan agar lancar membuang air hujan menjauhi perkampungan.

Genangan air di selokan membuat warga resah akan wabah demam berdarah. Warga serentak kerja bakti membersihkan saluran air dan pengasapan (fogging). Seluruh warga bahu-membahu agar tidak ada yang terjangkit demam berdarah. Jangan sampai terkesan, pengurus RT dan warga tidak bisa menjaga kebersihan lingkungan hingga jentik-jentik nyamuk berkembang biak.

Sementara, masalah ketersediaan air bersih merupakan urusan pribadi. Tak ayal, tiap rumah tangga berlomba-lomba menyedot air tanah. Ketika musim kemarau datang, air tanah tak terjangkau pipa paralon, maka pipa disambung atau sumur bor diperdalam.

Tak terbersit tanya, mengapa di musim kemarau tahun ini pipa paralon tidak bisa menjangkau air tanah. Tak ada rapat warga membahas mengapa air tanah semakin jauh dari rumah-rumah. Masalah ketersediaan air bersih belum menjadi ranah yang harus dipecahkan bersama.

Ketika air bersih dari sumur masih deras mengucur, apa balasan kita sebagai bukti syukur terhadap anugerah Tuhan tersebut?

Walau tidak tinggal di dekat mata air, semua orang bisa menjaga sumber mata air yang ada di sekitar kita. Salah satunya adalah air hujan. Sayangnya, air hujan kita biarkan saja mengalir ke selokan, bercampur dengan air comberan, kemudian mengalir sampai jauh.

Tak ada satupun musyawarah atau kerja bakti yang diadakan untuk memikirkan bagaimana agar air hujan bisa segera meresap ke dalam tanah, hingga menjadi tabungan air. Padahal air hujan bukan musuh yang harus segera disingkirkan.

Air hujan bergerak mencari tanah rendah atau sungai. Rawa-rawa yang berfungsi sebagai daerah resapan banyak yang berubah wujud menjadi perumahan. Air pun terusir semakin menjauhi perkampungan, bersatu dalam aliran air sungai, bergerak membanjiri kota.

Sumur Resapan

Peribahasa mengatakan, air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan. Namun, dalam upaya pelestarian lingkungan, alangkah baiknya jika air cucuran atap jatuhnya ke sumur resapan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline