Lihat ke Halaman Asli

Setia Dayani

Mahasiswa

Sidak dalam Menyelidiki Tanggung Jawab dari Otak Tanpa Hati

Diperbarui: 29 Januari 2024   07:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sudahkah anda menjadi orang yang bertanggung jawab? Masihkah anda mempertahankan sikap tanggung jawab sampai hari ini? Seberapa jauh anda memahami makna dari tanggung jawab?

Ternyata sampai sekarang banyak masyarakat yang hanya tahu kata tanggung jawab namun belum tahu makna dari tanggung jawab yang baik. Bahkan seseorang dapat dengan mudahnya mengucapkan "saya memiliki sikap tanggung jawab untuk kehidupan sehari-hari," tetapi tanggung jawab itu hanya menjadi lisan saja tidak ada tindakan dalam kehidupan nyata. Jadi, masyarakat mudah untuk menyepelekan sikap tanggung jawab yang dipegang tanpa tahu resiko yang akan diterima.

Lalu seberapa penting tanggung jawab yang harus kita tahu sebagai masyarakat dalam kehidupan sehari-hari? Tanggung jawab adalah sikap yang penting untuk dimiliki semua orang dan menjadikan kepribadian dalam berakhlak. (Dikutip dari Liputan6.com : Pengertian Tanggung Jawab Menurut Para Ahli, Aspek, dan Ciri-cirinya pada Seseorang) Schiller & Bryan (2002) menyatakan ,"Pengertian tanggung jawab adalah perilaku yang menentukan bagaimana bereaksi terhadap situasi setiap hari, yang memerlukan beberapa jenis keputusan yang bersifat moral." Itulah pemahaman tanggung jawab menurut para ahli dan itulah sebabnya mengapa kita sebagai bangsa Indonesia harus menjunjung tinggi makna dari sikap tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.

Anda tidak hanya memahami tentang makna tanggung jawab saja, tetapi anda harus tahu apa saja sikap tanggung jawab yang ada di sekitar lingkungan anda yang sering dijumpai. Ada banyak contoh sikap tanggung jawab seperti tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, tanggung jawab kepada Birrul Walidain, tanggung jawab kepada sesama makhluk hidup, tanggung jawab kepada tugas dan amanah, dan sebagainya. Nah, banyak sekali bukan? Salah satu contoh yang sering dijumpai yaitu tanggung jawab kepada tugas dan amanah, banyak dari pemimpin yang bertugas untuk menjaga pemerintahan agar tetap sejahtera demi bangsa. Namun, apakah hal itu sudah ada dalam bangsa kita? Dan apakah pemimpin negara kita sudah menyejahterakan rakyat Indonesia sesuai tanggung jawab amanah yang diemban? Itulah pertanyaan yang sering muncul pada generasi sekarang.

Banyak pemimpin yang hanya mengandalkan jabatan dari otak tanpa mengandalkan hati untuk memberikan senyuman bagi rakyat dan menggandeng tangan rakyat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kenyataannya masih banyak pejabat yang gila akan jabatannya menjadi tertinggi dan berkuasa tanpa disadari sampai menjerumuskan jabatannya pada tindakan yang tidak bermoral dan mencerminkan sikap leadership yang kurang bertanggung jawab untuk membantu dan melayani rakyat dalam kesejahteraan bersama. Tuntutan untuk menjadi pejabat adalah bertanggung jawab dan menerima resiko akan tugasnya, sehingga kemampuan memikul antara seorang pemimpin dan seorang pengikut berbeda.

Pemimpin tidak hanya bertanggung jawab pada tindakan aksi tetapi juga tindakan lisan, seperti halnya berucap yang baik dan berlandaskan nilai Pancasila sila pertama. Contohnya tidak berkata yang senonoh seperti kasus Ahok.

(Dikutip dari Liputan6.com : Mengulik Kembali Perjalanan Kasus Ahok), "Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok mantan Gubernur DKI Jakarta yang melakukan penodaan agama yaitu surat Al Maidah ayat 51 yang telah Viral di YouTube sekitar tahun 2016 dan berita tersebut menjadi kecaman bagi masyarakat beragama Islam menjadi resah, karena sebuah surat dalam Al-Qur'an menjadi ilustrasi isu SARA yang digiring lawan politiknya demi mengalahkan Pilkada Bangka Belitung. Nah pidato itulah banyak pihak yang menuduh Ahok menistakan agama." 

Selanjutnya, berlandaskan sila kedua yaitu diambil dari pejabat contohnya kasus Ferdi Sambo.

(Dikutip dari media.com : Membedah Dugaan Masalah Kejiwaan Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi),"Ferdy Sambo yang dimana telah menyuruh anak buahnya untuk melakukan pembunuhan, tetapi Sambo telah melakukan pembunuhan secara langsung di TKP yaitu di dalam rumah dinas dan pembunuhan itu juga dihapus jejaknya oleh Sambo, karena dia memiliki kekuasaan untuk melakukan hal itu. Itu juga terbukti dengan dia memiliki kekuasaan untuk melakukan hal itu. Ketua Komisi Hak Asasi Manusia, Ahmad Taufan Damanik mengungkapkan bahwa Ferdy Sambo mempunyai masalah kejiwaan hingga melakukan pembunuhan kepada Nofriyansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. Masalah kejiwaan yang dimiliki adalah adanya sifat superpower yang dimana disebabkan karena mempunyai jabatan sebagai Kadiv Propam Polri dan juga Ketua Satgasus Merah Putih atau bisa disebut gila akan jabatan dan kuasa tinggi. Nah, dari situlah membuat Sambo menjadi jumawa hingga bisa melakukan sesuatu yang melanggar hukum. Masalah kejiwaannya ini membuat Ferdy Sambo ingin membunuh langsung sang korban. "Bisa jadi ada kebencian kalau tidak dihabisi langsung. Karena dia merasa superpower," ujarnya."

Dari permasalahan tersebut juga disebutkan dalam beberapa surat dalam Al-Qur'an, sebagai berikut :

Surat Al Muddassir Ayat 38 menjelaskan bahwa Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline