Seringkali orang-orang berpikir, mengapa wanita harus menuntut ilmu tinggi-tinggi, jika pada akhirnya dia akan tetap pergi ke dapur dan mengurus anak-anaknya? Padahal menuntut ilmu bagi perempuan itu penting dan wajib, mengapa? tentu, menuntut ilmu bukan sebatas di bangku perkuliahan atau di pondok pesantren. Karena itu semua hanya media, namun faktanya seseorang bisa menuntut ilmu dimana saja, kapan saja dan melalui berbagai macam media.
Kenapa muslimah harus cerdas?
Karena muslimah yang cerdas berilmu akan melahirkan generasi berkualitas dan menjadi muslimah yang menginspirasi. Sebagimana sabda Rasulullah:
"Berilmulah sebelum kamu berbicara, beramal, atau beraktivitas" (H.R Bukhari).
Peran muslimah melahirkan golden generation. Seperti ibu Sultan Muhammad Al-Fatih yang mengajarkannya tentang geografi, garis batas wilayah Konstantinopel, padahal Al-Fatih masih kecil. Lalu ibundanya berkata "Engkau wahai Muhammad akan membebaskan wilayah ini. Namamu adalah Muhammad sebagaimana sabda Rasulullah . Al-Fatih kecilpun bertanya, "Bagaimana aku bisa membebaskan wilayah sebesar itu wahai ibu?", kemudian ibunya menjawab dengan penuh hikmah "Dengan Alquran, kekuatan, persenjataan, dan mencintai manusia". Muhammad Al-Fatih menjadi pemimpin pemuda yang kala itu usianya masih muda dan belum genap 21 tahun, tetapi dunia mengingat namanya, dan pada tahun 1435 dapat menaklukan konstantinopel yang merupakan Ibukota Romawi Timur -- Byzantium.
Kemudian terdapat kisah ayah dan Ibu Shalahudin Al-Ayyubi yang memiliki visi besar dalam melahirkan generasi penakluk Baitul Maqdis, yaitu dimulai dari mencari calon suami dan istri. Kemudian Shalahudin tumbuh menjadi pemimpin hebat yang dapat menaklukan Baitul Maqdis atau Sang Pembebas Al-Aqso di Bulan Rajab. Shalahudin mendapatkan gelar al-Malik al-Nashir yang artinya penguasa yang bijaksana. Peran ayah dan ibu Shalahudin dalam pendidikan dan bimbingan membantu membentuk karakter Shalahudin sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, adil, dan berintegritas. Kombinasi antara pelatihan militer yang intensif dan pendidikan moral yang kuat mempersiapkannya untuk tantangan besar yang akan dihadapinya.
Dari kedua kisah tokoh diatas tentunya kita bisa lihat bahwa ibu/wanita memainkan peran penting dalam mendidik anak-anaknya dalam aspek moral dan emosional .
Pada dasarnya, wanita akan menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya (Al -Ummu Madrasah Al-ula). Pepatah mengatakan bahwa wanita adalah tiang negara. Jika baik wanitanya maka akan baik pula negaranya, tetapi jika wanitanya buruk, maka buruk pula negaranya. Hal ini dikarenakan peranannya yang begitu penting, dari rahim perempuan akan lahir generasi penerus, melalui tangannya akan terdidik generasi lurus, yang kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin. Oleh karena itulah, kedudukan wanita signifikan dan seyogyanya mendukungnya untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.
Peran wanita memang berbeda-berbeda dan hal tersebut menjadikan para wanita bisa mengoptimalkan potensi alamiahnya, sehingga mereka dapat menjadi wanita yang berdaya dan berprestasi di tengah-tengah masyarakat masa kini. Pada akhirnya, standar dan capaian prestasi seorang wanita bukan hanya tentang materi, namun pengaruhnya terhadap lingkungan keluarga dan masyarakat dapat mencerminkan standar seorang wanita. Apakah menebar kebermanfaatan dan dapat menjalankan perannya sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H