Lihat ke Halaman Asli

Sesilia Ivena

Mahasiswa

Nostalgia dengan Simba, Animasi Singa Kepunyaan Disney!

Diperbarui: 8 November 2020   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : pinterest.com

Siapa yang tidak mengenal The Lion King? Film animasi binatang yang menceritakan perjalanan Raja Hutan yang memiliki keturunan, namun sayangnya harus mengakhiri tahta nya akibat dibunuh saudaranya sendiri. Dalam film ini, Simba sebagai keturunan sang Raja Hutan berusaha mencari jati dirinya sebagai Raja Hutan untuk menggantikan posisi ayahnya.

Film animasi The Lion King yang baru saja merilis versi barunya pada 2019 silam merupakan satu dari sekian banyak film Disney yang menjadi favorite audiens dan masuk di semua kalangan. Di Indonesia tayang pada tanggal 17 Juli 2019, pemutaran film The Lion King sukses mendapat keuntungan hingga 185 juta dollar. Sebelumnya, Disney telah merilis film pertama dan original The Lion King pada tahun 1994. Dalam versi baru, The Lion King mengalami perubahan di beberapa aspek. Yang paling signifikan adalah durasi dan animasi. Jika dibandingkan dengan film original, The Lion King 2019 ini mendapat tambahan durasi 30 menit. Sehingga jika original film berdurasi 88 menit, maka film remake ini berdurasi 118 menit. Perbedaan signifikan lainnya adalah di bagian animasi. Pada film yang baru saja dirilis, Disney merombak betul keseluruhan animasi menjadi layaknya binatang sungguhan. Visual yang ditayangkan jauh lebih realistis, dilengkapi teksture dan warna yang mendukung sehingga penyampaian lebih detail. Hal ini menjadi daya tarik pencinta film Disney untuk kembali bernostalgia menonton film masa kecil yang sebenarnya sudah mereka saksikan berulang kali.

Sebenarnya tidak hanya The Lion King, banyak film Disney yang dibuat ulang dengan gaya visual yang meningkat atau bahkan dibuat versi nyata. Padahal jalan cerita tetap sama dan bahkan terkesan sangat ringan. Tapi ternyata, ini lah yang menjadi daya tarik dari setiap Film Disney. Penyajian yang ringan membuat semua orang menikmati pesan dan makna yang disampaikan. Disney menjadi center penyedia film yang digemari dan memiliki kesan tersendiri. Pengemasan film sengaja dibuat dengan emosi yang berwarna dan kegiatan sehari-hari sehingga terkesan lebih relatable. 

Masyarakat cenderung sangat menunggu film yang akan dikeluarkan kembali oleh Disney. Seakan dibuat seperti 'butuh' dan 'ketagihan' akan film yang dikeluarkan Disney. Sadar tidak sadar, keberhasilan film-film ini menarik perhatian audiens membawa Disney menjadi urutan pertama top perusahaan media dunia (Mc Phail, 2014). Ini juga sebagai bentuk Konglomerasi Media Amerika di berbagai media, khususnya Indonesia. 

Konglomerasi yang terjadi berhasil membuat masyarakan Indonesia dari berbagai kalangan lebih tertarik dengan produk film yang dikeluarkan oleh luar negeri. Memang jika disandingkan, produk film Indonesia masih banyak kekurangan dari segi teknologi dan alur. Terkadang juga sajian film dalam negeri belum bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Terlepas dari segala kekurangannya, memang seharusnya sebagai masyarakat Indonesia harus bisa lebih membranding produk lokal terutama film dan usaha media lainnya. Jika tidak, maka justru akan semakin kalah dengan konglomerasi media yang masuk ke dalam negeri.

Daftar Pustaka :

Detikhot.com. (2019, 13 Maret).  7 Fakta  'The Lion King' yang Segera Tayang di Indonesia. Diakses pada 8 November 2020 pada https://hot.detik.com/movie/d-4622759/7-fakta-the-lion-king-yang-segera-tayang-di-indonesia

McPhail, T. (2014). Global communication: Theories, stakeholder, and trends. UK: Willey Blackwell. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline