Lihat ke Halaman Asli

Warna Kehidupan

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Warna putih menyelimuti awan

Warna biru menyelimuti lautan

Warna hijau menyelimuti pepohonan

Warna kuning menyelimuti matahari

Lalu, warna apakah yang menyelimuti hidupku? Hitam? Abu – abu?

Pikiran terhenti sesaat

Abu – abu perasaan kian menerpa

Keadaan bingung datang bergantian

Suasana hampa menyerang sesukanya

Ada apa ini?

Raut kusam tergambar di wajahku

Kusut rambutku mencari sumber kesejukan

Kuku tajam, ku potong dan ku rapikan

Tangan lesu tak mampu menggapai apapun

Apa sebenarnya yang aku rasakan?

Roda hidup memang berputar

Garis takdir juga telah di tulis

Impian memang terjadi di lain waktu

Tapi, mengapa hatiku masih teriris?

Sudikah mereka menerimaku?

Sudikah mereka menyambutku?

Sudikah mereka membantuku?

Sudikah mereka memahamiku?

Inilah aku

Manusia yang mengharapkan simpati

Dengan wajah lesuku

Aku mencari arti hidup, dan sumber nasi di kota besar

Aku punya banyak potensi, tapi aku terlambat

Aku sudah menyia – yiakan masa laluku dengan kefoyaan

Dulu, aku masih sangat kuat

Sekarang aku hanya bisa duduk

Duduk sambil membawa kaleng kecil yang berkarat

Berharap semua mengerti maksudku

Berharap ada seseorang yang dapat mengulang waktuku

Hingga aku tidak seperti ini,

Menjadi pengemis kota dengan kaki teramputasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline