Tentu saja aku bukan tamu pertama yang datang mengunjungi Kau karena aku tak boleh memonopoli semua dosa.
Dosa adalah milik semua orang, tapi bukankah Kau istimewakan satu perempuan yang tak tertarik pada satu dosa pun?
Perempuan itulah yang membawaku menemui Kau dan Kau masih saja tersalib.
Jika kubertanya, apa yang kusumbangkan dalam penyaliban Kau?
Pakukah?
Salibkah?
Lubang di lambungkah?
Cambukkah?
Apakah?
Perempuan yang menangisimu itu sama dengan perempuan yang melihatku tanpa menaruh rasa benci.
Matanya yang penuh belas kasihan hanya mengulang-ulang pernyataan Kau, "Bertobatlah dan percayalah pada Putraku!"