Lihat ke Halaman Asli

Hangatnya Persahabatan 54 Seniman dalam Pameran Rukun Iman

Diperbarui: 27 Desember 2016   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu Tahunmas Artroom tampak sangat ramai. Ratusan orang mengantre untuk menyaksikan Pembukaan Pameran Rukun Iman, Jumat (15/12). Antusiasme tampak jelas di wajah pengunjung. Mereka menikmati puluhan karya yang dipajang apik. Pameran di Kasongan, Yogyakarta ini diikuti oleh 54 seniman pendatang dan senior dengan segudang prestasi. Kebanyakan peserta berasal dari Yogyakarta, tetapi ada juga yang berasal dari luar kota. Mereka bersatu dengan membawa keunikan masing-masing. Persahabatan yang hangat dan gotong royong yang kuat mewarnai pelaksanaan pameran pada 15 – 22 Desember 2016.

Pameran ini adalah gagasan Alm. Lulus Santosa selaku kurator. Ia mengangkat tajuk “Rukun Iman” yang berarti kerukunan dan kepercayaan pada sesama teman. Bekerja sama dengan Seruni Art Management, pameran ini dilaksanakan untuk menjalin kerukunan antar-seniman. Begitu banyak perupa yang hidup dari dunia seni. Dibutuhkan ikatan dan persahabatan yang erat untuk kelangsungan berkarya. Saling dukung sangat dibutuhkan oleh seniman. Semakin erat hubungannya, semakin enak pula pergaulannya. Kerukunan bisa menjembatani berbagai macam perbedaan. Mulai dari perbedaan usia, suku, agama, ras, hingga ideologi. Dunia seni yang dilengkapi kerukunan akan melahirkan karya-karya yang kaya dan dahsyat.

Tema lukisan dalam pameran kali ini sengaja tidak dibatasi. Dipercayakan kepada senimannya untuk menampilkan karya terbaiknya sesuai dengan karakternya masing-masing. Salah satu karya yang dipamerkan berjudul Nyi Ageng Serang (2012) karya Soenarto Pr, Maestro Seni Lukis Pastel Indonesia. Pendiri Sanggarbambu ini menghadirkan keindahan melalui warna-warna akrilik di atas kanvas. Ia melukis seorang wanita dengan busana tradisional yang membawa bendera Indonesia. Wanita itu dikelilingi dedaunan hijau dan beberapa baris tulisan yang mendukung suasana. Pengunjung dapat merasakan daya juang yang kuat dalam lukisan tersebut.

Karya lain yang tak kalah memikat adalah lukisan Dyan Anggraini, pelukis perempuan senior Indonesia. Ia memamerkan karya berjudul Courage (2013). Dengan objek dan warna yang minimalis, lukisan itu menampilkan seorang lelaki yang memakai topeng. Lelaki itu bertelanjang dada dan badannya hanya dililit selembar sarung kuning. Ekspresi wajahnya penuh misteri. Sementara itu, gestur tubuhnya mengekspresikan keberanian yang mencolok.

Tak hanya perupa senior yang berpartisipasi dalam pameran ini. Seorang seniman muda, Kara Welang, juga unjuk gigi dengan lukisan berjudul Awal Perjalanan (Kosong) yang dibuat pada 2016. Mahasiswa ISI Yogyakarta ini berhasil membawa pengunjung dalam atmosfer sepi dan hampa yang tak berujung. Ia melukis seorang perempuan yang memakai tutup mata. Perempuan itu tampak bingung menentukan langkah hidupnya. Dengan warna-warna gelap, lukisan tersebut menghadirkan atmosfer misterius.

Masih ada perupa-perupa lain yang menghadirkan berbagai lukisan dahsyat. Di antaranya adalah Andi Yulianto, Angga Sukma Permana, Anwar Musadad, Buniyal Abroru, Edi Maesar, Edwin Istopo Raharjo, Eko Haryono, Ekwan Marianto, Evrie Irmasari, Gunardi, Haitamy EJ, Heni Susilawati, Heru “Dodot” Widodo, Hety Nurani, Iin Kersen, Indah Mulyani, Iskandar SY, Iswanto, Joko Nastain, Karte Wardaya, Klowor Waldiyono, Lahendra Tri Purba, Lisya van Sorren, Luwy Blaster, Muhammad Fuad Riyadi, Nugrowantoro, Raih, Ristiyanto Cahyo Wibowo, Rommy Hendrawan, Sigit Purnomo, Sindu Cutter, Sito P, Sitok Srengenge, Smedi, Sri Ambarwati, Sri Harjanto Sahid, Sri Pramono, Suharti, Supantono, Tarman, Toto Andryanto, Totok Buchori, Tri Bakdo, Wage ES, Wara Anindyah, Watie Respati, Yohan Widya Anugrah, dan Yosi Chatam. Setiap perupa menghadirkan berbagai keunikan dalam karyanya.

Atas dasar guyub rukun, diputuskan untuk tidak memungut biaya pameran sepeser pun dari partisipan. Seluruh biaya ditanggung oleh Seruni Art Management, berasal dana yang dikhususkan untuk aktivitas pameran. Yang murni didapat dari keuntungan penyelenggaraan program pameran Seruni Art Management sebelumnya. Tidak ada sponsor atau donatur. Untuk menghormati para perupa, seratus persen pendapatan dari lukisan yang laku diberikan pada seniman yang membuatnya. Keputusan itu sekaligus untuk menghargai kerja keras mereka.

Pelaksanaan pameran juga dilakukan secara gotong royong. Karya diantar ke galeri oleh partisipan sendiri, lalu diambil sendiri saat pameran selesai. Lebar lukisan ditentukan 1 meter dan panjangnya bisa lebih. Namun karena beberapa perupa tidak mempunyai lukisan kecil, diperbolehkan mengirim yang lebih besar. Penataan karya dan penjagaan pameran juga dilakukan bersama-sama secara bergiliran. Selain itu, para perupa berhak mencari kolektor masing-masing. Tentunya Seruni Art Management membantu mencari kolektor. Saat ada penawaran transaksi, perupa dan kolektor dipertemukan langsung.

Selama seminggu, Pameran “Rukun Iman” telah berhasil menjaring ratusan pengunjung. Bahkan sejumlah orang datang jauh-jauh dari luar kota untuk menikmati lukisan. Banyak di antara mereka yang mengaku puas dan terinspirasi. Seruni Bodjawati selaku Direktur Seruni Art Management berkata bahwa pameran ini adalah wujud dari visi mereka, yaitu sinergi seni yang positif. “Dengan kerja sama yang kuat dan kerja keras pantang menyerah, kami berusaha mengadakan pameran yang menginspirasi perupa maupun pengunjung,” pungkasnya.

Ratu Pandan Wangi

Ko-kurator Pameran Rukun Iman &

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline