Lihat ke Halaman Asli

Yang Kurang Itu Apresiasi

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selain berprofesi sebagai seorang guru. Saya kadang-kadang menerima job lain seperti menjadi instruktur outbond atau menjadi fasilitator di beberapa pelatihan. Walaupun sebenarnya deskripsi job yang dikerjakan tidak jauh-jauh dari profesi guru. Yaitu menjelaskan sesuatu untuk peserta.

Karena senangnya saya dalam cuap-cuap. Setiap kali outbond saya pasti diminta menjadi MC dan Icebreaker. Sehingga saya mau tidak mau harus banyak belajar menjadi MC dan icebreaker yang baik.

Suatu hari ada job outbond di luar sekolah. Seperti biasa saya diminta menjadi icebreaker bersama seorang teman yang ahli di bidang yang sama. Karena pesertanya berasal dari luar Jawa, tepatnya Kalimantan. Saya dan teman saya berusaha sekali untuk mencairkan suasana. Maklum ternyata orang di luar Jawa rata-rata susah untuk diajak gokil-gokilan. Beragam trik kita lakukan. Suasana pun mulai mencair dengan permainan-permainan. Beberapa peserta sudah mulai terlihat tidak jaim lagi.

Selesai sudah outbond selama seharian. Saat ngobrol-ngobrol dengan seorang teman sesama instrukur. Mulailah saya berbicara, "Duh, ini orang-orang ya, pada jaim-jaim semua," ucapku. "Makanya tadi pas icebreaking agak kaku ya!" lanjutku kemudian.

Teman sesama instruktur berujar, "Iya, tadi game yang kamu buat garing banget. Para peserta pada kaget. Emang mereka anak-anak."

Aku terdiam dan pura-pura mengangguk. Terus terang beberapa kali saya menjadi MC atau icebreaker, teman saya yang satu ini kerapkali memberikan kritik yang cukup menohok. Kritik yang diberikan pun kurang solutif buat saya. Hanya kritik tanpa apresiasi sedikit pun. Seperti:

"Tadi terlalu semangat banget jadi MCnya, suaranya kebesaran." Aku mesem-mesem (jengkel)

"Tadi dari sini nggak jelas. Suara kalian putus-putus. Nggak cocok!" Aku kaget (kesel)

"Skenario yang dibuat jelek banget." Aku terperanjat (kesel, mengkel, jengkel: Nggak tahu aku sampai nggak tidur buat skenario ini).

Bukan berarti saya mengklaim bahwa apa yang saya lakukan bagus. Tapi setidaknya tidak buruk-buruk banget. Beberapa instruktur atau teman-teman yang saya tanya, bilang bahwa apa yang saya lakukan bagus. Rata-rata lagi yang bilang.

Namun bukan berarti saya menulis ini sebagai pembelaan buat saya. Akan tetapi lebih hanya karena nilai apresiasi yang masih kurang di bangsa kita ini. Semua orang dalam berkarya pastinya serius dan berkerja keras. Tidak main-main dan menginginkan semuanya berjalan lancar bahkan sempurna. Namun sayangnya setelah semua itu dikerjakan, beberapa orang dari kita kurang memberikan respon positif. Bahkan celah yang kurang itu dijadikan bahan kritik tanpa melihat usaha besar yang dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline