Di kanvas malam engkau menebah gelisah
Seakan kota di tubuhmu ambruk petaka
Runtuh sekejap alam pikirmu diruas sederhana
Lalu kau mainkan api dibalik derau hujan telah lesap
Adalah aku yang sendu menyeduh teguk kopi leluhur
Dengan melihat kotamu semakin membiru
Oleh ulah mulutmu yang tak sekekompangan
Hingga aminmu telah lupa dengan sejuta doamu
Coretan bibirmu yang menempel dideretan bangku tua
Tak akan pamit sebab tingkahmu laksana petir yang penurut
Bermuka sana dan sini menjadi gugusan pulau tak berpenghuni