Airmata telah gerimis
Di bibir bibir perempuan tepian vas bunga
Yang engkau taburi waktu pagi dengan benih benih cintamu
Tetapi senja merubah menjadi sepi, kala esok di ufuk timur
Air matanya tertumpah lalu mengalir penuhi wajahmu seperti bah
Menggulung ketiak bantaran tanpa peduli taman kota menjadi nestapa
Diamuk sengat sungai berbecek, sekumpulan tangan tangan yang tiada peduli
Sejatinya mengumpulkan sisa sisa nasi yang telah basi kemarin
Airmatamu; melebihi elegi sang puisi
Dibibir bibir perempuan tepian vas bunga
Aku melihat sekuntum melati senyum dikulum layu