Aku merindu senandung di gigir rimba
dengan lumat ku apung kicauan kepodang
pada cabang yang sepah di pucuk musim
setelah kemarim punah diamuk api
aku terkasip membedak wajah belantara
sehingga tangan – tangan tak berakhlak
menebar asap. namun pada musim ini
kita adalah embun basahi, tanah yang kering
ranting telah kuncup di ceruk rimba
buaian angin menampar wajah –wajah lelah