Kata-kata telah tumbang, menyerak
entah serpihan itu jatuh ke sudut netra
bait-baitnya meruah sekujur lahap
melintang terucap lidah penyair kalap
yang sepagi tadi tak secuilpun mempertanak
syairnya menziarahi tanah, jiwa muram
menggurat rima dengan selembar bayu
lalu berayun menyunting rembulan merah saga
yang masih merahim kala gerimis diksi telanjang
di podium jingga sang bunda mentari perawan
dengan sekodi sajak, menapaki hulu ke hilir buana