Aku yang berdiri diruas- ruas debu ketika wajahmu dosa
oleh segenap ulah dan tingkahmu yang mereka rasa
pada sepanjang musim yang gugur terkulai
layu dengan sikap congkak jumawa orang terbuai
Aku merendai pusaramu dengan sumpah serapah
sebab air- air diselokan tak ubahnya seperti sampah
namun engkau masih kusuk dengan sengat baumu
yang manis keluar dari bibir – bibir berduri kian merajamu
wajah dosamu
terpampang di langit senja ketika orang pulang telut
wajah dosaku