Lihat ke Halaman Asli

Kumpulan Puisi "Lelaki Menangis"

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

PULANG

Pagi buta aku pulang
bukan ke rumah tapi ke jiwa.
Aku istirah dimana?
Jika jiwa telah lewati lelah.

KULKAS

Sofa-sofa sudah lelah.

Ranjang terus menua.

Kelaminmu muak,

dengan kelaminku?

Simpan saja kelamin kita di kulkas,

dalam botol-botol waktu membeku.

RUANG TAMU

Siapa yang bertamu,

Dan menjamu?

Jika ruang tamu menunggu gagu.

Bukan cuma gagu,

Tapi kita sengaja lupa

Dan bertubi-tubi melupakan.

Karena sesungguhnya tak pernah ada kita,

Aku dan kamu telah hilang akal,

Lalu rasa,

Lalu suara,

Lalu kata.

Lantas untuk apa ruang tamu, jika tak ada tamu dan yang menjamu?

Lagi-lagi aku dan kamu bertubi-tubi gagu.

Lantas untuk apa kelamin kita? Jika merekapun ikut-ikutan gagu.

RETAK

Di cermin tak ada mata kita
wajah kita
jiwa kita.

Yang ada hanya keretakkan kenangan,
yang tak pernah diperbaiki waktu.

Diambil dari Buku Kumpulan Puisi "Lelaki Menangis" Karya : Serpihan Abad




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline