Lihat ke Halaman Asli

Perekonomian Baru vs Perekonomian Lama

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ini group wa contoh perekonomian baru kalau perekonomian lama kumpul-kumpul di warung kopi” kata gw “Aducchh, aduucchh om rudi..Gosip.. Gosip gossip lau di warkop..” bales Renny. Itu tadi obrolan singkat di group WhatsApp Gembala Stikom 2014 yang merupakan wadah atau media sharing antar mahasiswa. Yang menarik dari obrolan tadi ialah mengenai perekonomian baru dan lama dalam bidang Information Technology atau biasa disingkat IT sebenarnya ga menarik sih cuman karena kami sedang diberi tugas untuk menulis artikel tentang perekonomian baru vs perekonomian lama oleh Bapak Dosen jadi menarik untuk dibahas.
Walaupun sambil bercanda namun obrolan tadi bisa dijadikan contoh perkembangan IT sehingga mampu mempengarahi sistem perekonimian suatu masyarakat, dulu orang-orang jika ingin berkumpul sekedar sharing atau bercanda bersama teman harus ketemu langsung bertatap muka namun dengan perkembangan teknologi semuanya menjadi lebih mudah dengan bermodalkan smartphone semuanya dapat saling berinteraksi walau tidak bertemu langsung.
Perekonomian lama bisa dianalogikan dengan warung kopi tadi dimana setiap transaksi jual beli,penawaran barang maupun pengawasan dilakuan secara tatap muka atau bertemu langsung antara penjual dan pembeli. Sedangkan perekonomian baru bisa dianalogikan sebagai group WA tadi semuanya dilakukan secara online menggunakan jaringan komunikasi dengan media digital sehingga semua yang berhubungan dengan transaksi jual beli bisa dilakukan secara online dimanapun dan kapanpun asal saling terkoneksi sehingga mampu mengurangi biaya produksi dan operasional dan juga mempermudah proses komunikasi dan monitoring antar karyawan. Yang kesemuanya itu kalau dilakukan dengan sistem perekonomian lama tentunya akan memakan waktu dan biaya yang mahal
Pemanfaatan IT dalam bidang perdagangan tampak pada konsep e-commerce atau e-bisnis dengan perantara toko online untuk berdagang. Sudah banyak bermunculan toko-toko online yang beredar di dunia maya. Yang menjadi paradoks dalam hal ini adalah mudahnya penipuan terjadi sehingga banyak orang yang tidak percaya pada penjual-penjual online tersebut. Hal ini terjadi karena proses perdagangan tanpa bertatap muka dan yang sering dirugikan adalah konsumen karena harus mentrasfer sejumlah uang terlebih dahulu sebelum barang dikirim oleh penjual. Mungkin inilah yang menjadi kendala perkembangan e-commerce terhambat.
Sebenarnya yang salah bukanlah perkembangan IT, yang salah adalah pemanfaatan IT sendiri. Jika perkembangan IT telah merambah ke dalam berbagai aspek kehidupan, secara tidak langsung kita telah ikut merasakan manfaat perkembangan IT sendiri.
Kesiapan adalah kunci utama untuk dapat menjadi pelopor ataupun tokoh yang ikut mengembangkan teknologi. Karena teknologi tidak ada batasnya, akan terus berkembang sampai pada akhirnya nanti ketika teknologi tak mampu lagi berkembang, saat itulah akhir dari dunia ini. Yang kuat dalam dunia IT hanya dia yang mampu bersaing dan siap terjun dalam perkembangan IT dengan sebaik-baiknya.
Kesimpulannya setiap warung kopi tradisional harus bisa merubah warungnya yang tadinya menggunakan sistem perekonomian lama  bisa menyesuaikan ke sistem perekonomian baru contohnya warung kopi online atau kursus bikin kopi online atau bisa juga bikin group WA Gembala warkop 2014 atau sejenisnya sehingga bisa bersaing dengan kedai-kedai kopi modern.. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline