Lihat ke Halaman Asli

Modestinik

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

TERNYATA bukan cuma perempuan Islam yang mengenakan penutup rambut atau jilbab. Orang-orang Yahudi modestinik juga melakukan itu. Saya baru tahu setelah membaca buku karya Miranda Risang Ayu, Purnama Hati.

Miranda mengaku awalnya tidak tahu siapa Yahudi modestinik itu hingga penerbit Mizan mengiriminya sebuah buku karya Wandy Shalit. Konsep modestinik dalam buku Shalit adalah konsep yang membahas sebuah etika yang percaya bahwa perempuan adalah eksistensi feminim yang unik; subyektivitasnya justru semakin mengemuka, baik bagi dirinya maupun lingkungan sosialnya, justru karena ia tersembunyi. Menyembunyikan diri, bagi perempuan, adalah proses meneguhkan eksistensinya yang khusus, dicari, dan tentu saja bagi perempuan itu sendiri: yang berbeda dan terpisah dari semua hal yang jelas dihadapannya.

Penyembunyian diri, menurut catatan Miranda, adalah bahasa sosial yang untuk menyatakan bahwa, “Saya adalah perempuan; saya adalah eksistensi yang unik karena memiliki sesuatu yang amat pribadi, rahasia, dan bermakna. Ketertutupan membuat saya berharga tinggi, aman untuk dimiliki, dan dapat mengamankan diri saya sendiri.”

Etika ini, ketika diterjemahkan dalam hubungan dengan lawan jenis, menjadi etika yang santun dan paralel dengan nilai-nilai Islam. Sekalipun sudah bertunangan, misalnya, etika modestinik melarang sepasang lelaki dan perempuan saling menyentuh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline