Lihat ke Halaman Asli

Pita Hitam

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Keping 'Eskapis' memaksaku menoleh hingga leherku patah
:luka tanpa darah

Perempuan Maghrib menyuapkan lagi sesendok usia dari piring-piring hari yang dijalaninya
memeras payudara yang mengandung hanya airmata, menampungnya dalam gelas kosong berdebu

Rinduku adalah rumah laba-laba
yang jaringnya berbisa

Semula adalah kita,
namun diam-diam engkau mampu melepaskan diri
tak meninggalkan untukku -- meski hanya -- sepucuk peduli
Sedang batinku tak pernah mengerti,
mungkinkah pada suatu jaman yang lebih perih dari sekarang,
kau akan kembali?

: kepada Semesta, Nusantara, Tenggara..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline