Merupakan pemandangan yang jamak ketika kita mengunjungi mall ataupun rumah makan kita temui sekelompok remaja makan bersama sembari mengobrol. Tak jarang pula kita temui anak muda yang sibuk dan serius dengan laptopnya sembari menikmati minuman atau makanan dibeberapa tempat makan yang menyediakan fasilitas WiFi. Pemandangan ini begitu sering kita jumpai di kota-kota besar di Indonesia, khususnya di Jakarta. Tempat makan yang dikunjungi para remaja ini pun sangat beragam. Dari rumah makan cepat saji hingga cafe yang menyediakan makan spesifik. Dari tempat makan yang menyediakan masakan Indonesia hingga tempat makan yang menyediakan makanan dari luar Negara kita.
Melihat fenomena tersebut tampaknya ada dua hal yang menarik disini. Yang pertama adalah makan di jaman ini juga menjadi ajang pergaulan dan gaya hidup. Yang kedua adalah memperlihatkan betapa beragamnya selera makanan remaja di kota besar, betapa adaptifnya lidah remaja di jaman ini.
Dijaman internet saat ini globalisasi begitu cepat masuk kedalam setiap sendi kehidupan manusia. Globalisasi sendiri adalh masuknya budaya, ideologi, pengaruh dari suatu negara ke negara lain. Globalisasi menyebabkan setiap negara seolah – olah tak berbatas lagi, membuat setiap Negara saling berkaitan erat. Termasuk di dalamnya dunia gastronomi atau kuliner.
Remaja dan anak muda yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010 sering kali disebut Generasi Z atau iGeneration. Generasi internet. Kelompok usia ini adalah generasi yang sangat melek mata terhadap internet dan mahir secara digital. Kelompok ini gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi computer. Generasi ini juga kelompok yang bebas berekpresi dengan apa yang dirasa dan dipikir serta diinginkan. Revolusi elektronik melipat gandakan akselerasi komunikasi dan informasi. Dengan kemajuan teknologi yang luar biasa maka globalisasipun juga menjadi lebih cepat terakses. Kemudahan-kemudahan memperoleh informasi akan gaya hidup, kebudayaan dan kuliner suatu negara adalah salah satunya. Hal-hal ini yang membentuk pola hidup, gaya hidup dan pilihan-pilihan manusia khususnya generasi Z dalam artikel ini.
Kebiasaan berkunjung ke Mal atau pusat perbelanjaan juga kegiatan makan diluar rumah sebagai salah satu bentuk refreshing ketika akhir pekan dalam sebuah keluarga juga menjadi faktor yang membentuk gaya hidup para remaja. Pola dan gaya hidup juga bisa terbentuk akibat pencitraan media melalui iklan-iklan. Kesibukan kota besar , waktu yang terbatas kondisi lalulintas yang sangat padat dan ramai membuat remaja dan kaum muda terkadang memilih untuk mengerjakan tugasnya ataupun sekedar berkumpul dengan teman-temannya di suatu tempat. Dan biasanya adalah diarea publik seperti mal ataupun café. Efisiensi waktu dan sekaligus hiburan diantara segala kejenuhan ritme sekolah dan kuliah. Pada akhirnya kegiatan yang pada awalnya dilakukan karena alasan-alasan tertentu akan menjadi pola hidup dan gaya hidup.
Dengan karakter yang suka mencoba dan ekspresif maka kaum muda menjadi sangat lebih terbuka untuk mencoba segala jenis makanan yang informasinya mereka peroleh lewat internet. Kemapanan ekonomi yang lebih baik di kota-kota besar, khususnya Jakarta membuat banyak sekali restorant, café, ataupun mal-mal menyediakan makanan dari luar. Sebut saja makanan dari belahan dunia Barat, seperti Amerika dan Eropa yang biasanya didominasi dengan susu, keju dan daging, makanan Jepang, Korea dan Cina dengan perpaduan rasa makanan daratan dan lautan rasa gurih, asam dan manis tak tertinggal juga makan Timur Tengah yang sarat dengan rempah.
Masakan Indonesia sendiri identik dengan Bumbu. Bumbu komplit, waktu memasak yang lama membuat di rumah modern pun masakan ini sudah sering ditinggalkan dan beralih ke masakan yang praktis, sedikit bumbu dan cepat dimasak. Berkembangnya era globalisasi di lingkungan masyarakat Indonesia juga mempengaruhi rasa nasionalisme kuliner tradisional Indonesia. Sosiolog Susongko mengatakan “ Bahwa ada penciptaan norma baru di masyarakat. Seolah olah orang akan menjadi udik dan ketinggalan zaman bila belum pernah menyantap pizza, hamburger, dan makan asing lainnya. Produk –produk ini dianggap pangan elit oleh sebagian besar masyarakat.
Kemudahan akses memesan makanan lewat internet juga mempengaruhi pilihan makanan para remaja dan gaya hidup remaja. Demikian juga dengan resep-resep yang mudah diperoleh di internet, panduan memasak dari telivisi ataupun jaringan media kuliner asing seperti Foodnetwork, Asian Food Chanel, Tasty dan lain sebagainya membuat para remaja yang senang bereksperimen mencoba masakan-masakan tersebut.
Selera adalah hal yang terkait dengan perasaan menyenangkan yang disebabkan oleh makanan tertentu sehingga timbul keinginan untuk makan. Pengalaman yang timbul karena perpaduan rasa makanan yang menimbulkan perasaan menyenangkan, tidak hanya mengenyangkan juga akan membentuk selera tertentu. Hingga pada saat ini selera tidak lagi masalah enak tidaknya makanan, mengenyangkan atau tidaknya makanan, tetapi juga masalah suasana yang ada di rumah makan atau tempat makan tersebut.
Seiring dengan meningkatnya kemampuan ekonomi orang tua dari generasi Z maka uang saku yang diberikan kepada para remaja pun juga akan menjadi besar. Dengan uang saku yang besar maka pilihan makananpun menjadi makin beragam, pilihan tempat makan juga menjadi lebih banyak. Ditambah dengan informasi yang sangat banyak serta pencitraan media dan promosi yang terus menerus juga akan menentukan pilihan para remaja dan kaum muda. Pada akhirnya hal –hal tersebut didukung dengan karakter generasi Z yang terbuka senang bereksperimen dan mencoba hal baru serta informasi yang tak terbatas membuat selera atau pilihan makanan kelompok usia ini menjadi begitu beragam, menjadi lebih mudah menerima rasa baru dan tampilan baru. Dan pilihan makanan serta perilaku menikmati makanan akhirnya akan menciptakan gaya hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H