Menjelang pemilihan presiden, iklim Indonesia memang semakin memanas. Kedua kandidat Presiden berlomba-lomba untuk meraih simpati masyarakat agar memilih mereka menjadi Presiden Indonesia berikutnya. Segala cara dicoba dan yang sangat disayangkan adalah munculnya kampanye hitam. Di atas kertas, kedua kandidat memang menolak kampanye hitam tetapi di lapangan kenyataan berbicara lain. Walaupun kampanye hitam bisa dikatakan menimpa kedua kubu, namun yang paling merasakan dampaknya adalah kubu Jokowi. Suara Jokowi tergerus oleh kampanye hitam.
Survey LSI yang diadakan pada tanggal 1-9 Juni 2014 menunjukkan penurunan suara pemilih muslim kepada Jokowi sebesar 5,2%. Peneliti LSI Fitri Hari mengungkapkan turunnya tingkat dukungan Jokowi dari pemilih muslim tak lepas dari serangan kampanye SARA yang dialamatkan kepada Gubernur DKI Jakarta non-aktif itu dan penurunan suara Jokowi meningkatkan suara untuk kandidat nomor satu.
Yang paling mengejutkan dari survey LSI tersebut adalah didapati bahwa 20% pemilih mempercayai kampanye hitam tersebut. Pada umumnya, mereka yang percaya kepada kampanye hitam adalah mereka yang kurang mendapatkan informasi dan berpendidikan rendah.
Dari hasil survey tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa semakin menipisnya jarak antara Jokowi dan kandidat nomor satu sebagian karena keberhasilan kampanye hitam.
Hal in memang terlihat dari beberapa kali percakapan saya dengan tukang ojek ataupun tukang bajaj ketika saya bepergian. Yang paling terbaru adalah ketika saya dalam perjalanan pulang dari kampus UGM di Jl. Dr. Saharjo, Jakarta menuju ke stasiun manggarai. Dalam perbincangan dengan tukang ojek setempat, saya mendapati bahwa pengaruh kampanye hitam memang luar biasa. Dia betul-betul percaya akan kampanye tersebut. Percaya memang hal yang luar biasa, karena apabila seseorang sudah mempercayai sesuatu, fakta yang sejati pun sulit untuk mengubah pandangan orang yang sudah terlanjur percaya. Karena peristiwa dengan tukang ojek itulah saya berpikir, berapa banyak orang yang terpengaruh seperti tukang ojek ini di luar sana dan survey LSI seakan meneguhkan pandangan saya.
Sekarang jarak antara kedua kandidat sudah semakin menipis dan waktu pemilihan semakin dekat. Dengan tidak adanya ketegasan dari bawaslu dan kepolisian, nampaknya dalam waktu dekat ini, kita akan banyak disuguhkan oleh bombardir kampanye hitam. Karena sekarang dengan semakin mepetnya waktu, prinsip “now or never” akan diterapkan.
Kampanye hitam? Trust me, it works!
Sumber:
1.http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/06/26/lsi-elektabilitas-jokowi-turun-karena-kampanye-sara
2.http://www.thejakartapost.com/news/2014/06/26/prabowo-closing-jokowi-electoral-gap-narrows-3.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H