Lihat ke Halaman Asli

Kandidat Tersesat dalam Debat; Lomba Baca Cepat

Diperbarui: 15 November 2024   08:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam aturan KPU Debat politik kandidat bertujuan debat terbuka Pilkada 2024 adalah untuk menyebarluaskan profil, visi dan misi, serta program kerja para pasangan calon kepada masyarakat, memberikan informasi secara menyeluruh kepada masyarakat sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan pilihannya, dan menggali serta mengelaborasi setiap tema yang diangkat dalam kampanye debat publik atau debat terbuka antar pasangan calon. Dan diharapkan melalui debat publik itu calon pemilih bisa melihat kualitas para kandidat yang akan menjadi pilihan politiknya. 

Dalam pelaksaan pilkada serentak 2024 ini, semua daerah sudah memasuki tahap kampanye debat publik. Beraneka tampilan debat telah menjadi tontonan publik namun masih dari harapan untuk menjadi sebuah tuntunan publik untuk menentukan pilihan yang tepat. Yang menarik dari semua tampilan kampanye debat pilkada serentak itu, publik tidak melihat subtansinya. Kualitas kandidat sebagai calom pemimpin belum tertampilkan utuh dalam debat tersebut. Dengan kata lain debat publik kandidat masih jauh dari arti dan makna debat itu sendiri.

Banyak kandidat yang memperlihatkan ketidaksiapannya sebagai calon pemimpin yang berkualitas dan profesional. Jangankan menguasai materi debat membaca materi debat yang sudah tertulispun terbata-bata seperti anak TK  yang baru belajar mengeja. Pengalian ide gagasan yang suharusnya lebih dimunculkan dalam debat publik tersebut, tersembunyikan dalam ketidakmampuannya dalam pengusaan Public speaking. Bahkan kematangan dalam pengusaan Emosi para kandidat masih rendah sehingga terlihat kedewasaan dalam berpolitik belum matang. 

Penyampaian materi debat lebih kepada pembacaan tertulis yang sudah tersiapkan dalam kertas.  Sehingga kesannya menjadi seperti lomba baca cepat saja. Itu sebagai bukti bahwa Kandidat tidak memiliki pemikirin utuh atas konsep ide gagasannya sendiri sebagai calon pemimpin. Bukan solusi untuk mengatasi masalah, yang ada adalah menjadi masalah.  Daya nalar kandidat masih tidak sesuai " NURUL INTELEKTUALITAS  " 

Yang menarik lainnya dalam debat publik kandidat itu, pada sesi tanya jawab antar kandidat, dimana moderator memberikan kesempatan untuk para kandidat saling menanggapinya. Namun yang terjadi bukan menanggapi malah sebaliknya ingin ditanggapi juga bahkan keluar dari subtansi dari yang ditanyakannya. Bahkan mirisnya lagi ada debat yanfg dijadikan penggalian keburukan kandidat lainnya bukan penggalian ide gagasan untuk membangun yang lebih baik. 

Maka wajarlah apabila pilkada banyak memunculkan pemimpin yang tidak berkualitas. Dan wajar pula bila demokrasi kita semakin menurun pula. 

Lalu apa yang diharapkan dari debat kandidat tersebut ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline