Ada pemandangan menarik perhatian penulis dalam debat pertama kandidat calon Bupati dan Wakil Bupati Tasikmalaya Pilkada serentak 2024, yang diselenggarakan oleh KPU kabupaten Tasikmalaya Selasa malam ( 29/10 ) disalah satu hotel di daerah Singaparna Tasikmalaya. Debat Kandidat yang diikuti tiga pasangan calon tersebut. Diawal-awal debat, terlihat berjalan biasa-biasa saja, tetapi memasuki pertengahan debat, peserta debat yang berada di jajaran kedua dari unsur diluar pendukung pasangan calon yakni undangan umum dari berbagai kalangan meninggalkan kursinya. Sehingga puluhan kursi menjadi kosong.
Pengamatan penulis yang hadir dalam acara tersebut, banyak kursi kosong ditinggal peserta tidak terlepas dari jalannya debat yang terkesan monoton tidak sesuai dengan ekspetasi banyak kalangan. Sebenarnya materi debat yang diangkat KPU cukup menarik yakni "Mewujudkan Pembangunan Yang Maju dan Berkelanjutan Menuju Masyatakat Yang Sejahtera" dengan sub tema kualitas lingkungan hidup dan ketahanan bencana, masalah sosial dan pengentasan kemiskinan, serta infrastruktur dan keamanan . Namun sayang thema yang begitu bagus dan sangat relevan dengan kondisi kabupaten Tasikmalaya sekarang ini tidak tersajikan dengan baik oleh KPU sebagai pihak penyelenggara.
Seharusnya KPU mampu meramu materi debat tersebut sehingga menjadikan jalannya debat menjadi bermutu. Pertanyaan yang diajukan yang dibuat para panelis terlalu formalitas sehingga jawaban para kandidatpun formalitas juga , sehingga elektivitas perporma para kandidat tidak terlihat. Hanya ada satu kandidat yang mampu menampilkan kopentensinya walaupun masih terbatas dan belu meyakinkan. Intinya pernyataan yang dibuat panelis bukan tidak berbobot tetapi kehilangan bobotnya karena tidak tersajikan dengan baik. Seperti makanan bergizi tetapi disajikan tidak memperhatikan nilai estetika, atau istilah koki tidak plating sehingga tidak menarik dan tidak membangkitkan nafsu makan.
Peran Panelis dan moderator sangat menentukan kualitas sebuah debat. Baik panelis maupu moderator harus mampu menggali ide, pemikiran, gagasan para kandidat mengenai thema yang diangkat sampai pada tingkat implementasi. Sehingga dapat ternilai kopetensi para kandidat tersebut, apakah ide dan gagasannya realistis atau tidak dengan thema yang dibahas. Tapi hal itu tidak terlihat jelas dalam Debat kandidat pertama Calon Bupati dan Wakil Bupati Tasikmalaya tersebut. Terlebih moderator terlihat tampil sebatas petugas pemandu debat saja tidak menjadi pengendali debat. Sehingga jalannya debat terkesan formalitas.
Akibat tidak tersajikan dengan baik oleh KPU kabupaten Tasikmalaya, Debat pertama Kandidat kurang mendapat perhatian sehingga banyak yang meninggalkan ruanganterutama peserta debat yang berasar dari luar pendukung para kandidat. Tidak hanya itu juga, jalannya debat tersebut tidak tertib, banyak peserta debat yang keluar masuk sehingga mengganggu kekhidmatan debat itu sendiri. Seharusnya KPU menerapkan disiplin yang baik dalam pelaksanaan debat tersebut termasuk disipilin waktu jangan molor. Dan ini semua sebagai bukti KPU kabupaten Tasikmalaya kurang profesional dalam melaksanakan tugasnya, dan terlihat hanya sebagai formalitas saja tetapi abaikan kualitas.
Penulis berharap pada debat ke dua nanti, KPU benar-benar menjadi penyaji debat yang hebat bermutu dan berkualitas mampu menampilkan para kandidat menyampaikan ide, gagasannya sebagai calon pemimpin yang berkualitas. Dan tentunya debat mampu menjadi sarana edukasi politik bagi publik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H