[caption caption="ilustrasi : unsplash.com"][/caption]
“Kamu jadi pulang hari ini Nduk?”
Sebuah pesan singkat masuk ke HP Naisha, tertulis atas nama Ibu pengirimnya. Pandangan ia alihkan ke sepasang muda-mudi yang baru saja duduk di dekatnya. Jam sudah menunjukkan enam sore sesuai jadwal dua jam lagi kereta Taksaka Malam akan tiba di stasiun. Kepulangannya kali ini masih akan sama seperti kepulangannya sebelumnya. Akan banyak pengulangan kalimat yang didengarnya.
Bayangan esok akan seperti apa seperti sudah jelas dalam benak Naisha. Langkahnya gontai memasuki stasiun, ketika pengumuman penumpang kereta Taksaka Malam dipersilakan untuk check in. Bukan dia tidak ingin berkumpul dengan keluarganya. Kangen, kangen sekali dia dengan sang ibu. Sudah hampir enam bulan ia tak bertemu, hanya lewat telpon saja perempuan berambut sebahu ini melepas rindunya dengan sang ibu.
Dengan menggendong ransel warna gelap Naisha naik kereta yang siap mengantarnya ke kampung halaman. Kursi di sebelahnya belum ada yang menduduki, ia pun memilih untuk duduk di dekat jendela. Memandangi kereta perlahan meninggalkan stasiun yang di dominasi warna hijau itu.
Sesampainya di rumah, kedua orang tuanya akan menyambutnya dengan senyuman. Biasanya ibu akan memasak makanan kesukaannya. Lalu keesokan harinya ia akan menghadiri pernikahan sepupunya. Ya, inilah alasan dia pulang kali ini.
“Naisha kapan nih nyusul ?”
Pertanyaan demi pertanyaan dari saudara dan kerabat yang datang harus dijawabnya berulang. Tidak lupa memasang senyuman dan sesekali menimpali dengan jawaban sekenanya.
“Kamu sih terlalu pemilih.”
Kalimat itu juga sering didengarnya. Bagaimana juga ini sebuah pernikahan, mana bisa main comot begitu saja. Naisha kadang tidak mengerti dengan mereka yang menyalahkannya karena terlalu selektif dengan lelaki. Sepupunya pernah mengenalkan beberapa lelaki padanya. Tapi nihil semua hasilnya.