Lihat ke Halaman Asli

septiya

jarang nulis lebih sering mengkhayal

Dua Musim

Diperbarui: 1 Juli 2015   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu itu sudah lepas dari pagi namun matahari belum terlalu terik. Musim kemarau sudah separuh perjalanan. Aku berdiri diantara kerumunan orang, sibuk dengan duniaku. Lalu entah kau berjalan dari mana, kau berhenti tepat di depanku. Mengulurkan tanganmu. Tak ada satu kata yang kau ucapkan. Bingung. Apa yang kau inginkan waktu itu.

“Hei, salam kenal saya Adisty.” Ucapku setelah menerima uluran tanganmu.

“Terima kasih, salam kenal juga. Saya Raka.” Lengkungan bibir nampak di wajahmu. Tersenyum.

Angin kemarau yang dingin seakan tak segan menerpa raga. Kau memilih duduk yang berjarak dengan ku. Hanya itu. Lalu aku dan kau kembali dengan urusan kita masing-masing. Aku tak curiga apa maksudmu menghampiriku. Yang menjadi pertanyaan, kenapa harus aku? Dari banyak orang yang lalu lalang diantara kita.

“Suka foto ?” tanyaku setelah menoleh ku lihat kau sibuk dengan kamera yang kau arahkan ke atas.

“Lumayan.” Jawabmu singkat

“Di tempat ini bagus kalau mau memfoto matahari senja. Coba saja datang sore hari”

“Suka ke tempat ini?”

Aku menggeleng. “Saya suka suasana sore hari, senja.”

“Ah..sama. Senja memang selalu cantik. Menenangkan. Siapapun pasti menyukainya”

Aku mengangguk mantap tanda menyetujui kata-katamu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline