Lihat ke Halaman Asli

septiya

jarang nulis lebih sering mengkhayal

Devil in Paradise #1

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14089562861247495505

Joseph Derek semakin marah ketika mendapatkan laporan dari anak buahnya. Dia benar-benar tidak bisa tinggal diam sekarang, ini bukan soal materi akibat kebangkrutannya. Ini adalah soal kenangan, soal semua kenangan, cita-cita, senyuman, tawa dan kasih sayang yang tersimpan di pulau itu.

“Menurutmu apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya merusak tempat itu?” Joseph menelpon Ignacy.

“Seperti yang aku tawarkan kemarin. Ketika kau tidak ingin semua kenangan indahmu itu diinjak-injak maka kau lebih baik mengubur kenangan itu secara terhormat.”

“Tidak adakah cara lain?”

“Sementara tidak. Kau sendiri tahu seperti apa ambisi seorang Adrik Vorobyev.”

“Aku tidak sudi kenangan itu semakin terinjak oleh ambisinya”

Ignacy adalah seorang peneliti, dia bekerja pada sebuah lembaga penelitian swasta. Dia mengenal Joseph sejak lama, mereka dulu adalah teman satu sekolah. Ignacy tahu betul apa yang diinginkan Joseph. Kenangan itu. Pulau itu adalah semangat, impian, bahkan hidupnya. Pulau itu sangat berarti untuknya. Untuk itulah Joseph menamai pulau itu dengan “Diamant”.

Diamant” adalah  sebuah pulau kecil dengan luas sekitar 75 hektar yang dibeli Joseph sebagai tempatnya untuk berlibur dengan istri dan putri semata wayangnya. Pantai berpasir putih, dengan air yang jernih. Air laut yang cukup tenang. Katrina, gadis berumur 13 tahun itu, tidak percaya bahwa pulau itu menjadi hadiah ulang tahun dari ayahnya. Katrina memang menyukai pantai dan snorkeling. Itulah alasan kenapa Joseph membeli pulau itu dari seorang pengusaha minyak asal Saudi Arabia.

Joseph membangun sebuah cottage di pulau itu, juga sebuah dermaga sederhana. Dermaga  kecil yang hanya terbuat dari kayu. Di dermaga itu pula Joseph menambatkan kapal kecilnya.

Pulau itu sebenarnya pulau berpenghuni, ada sekitar duapuluh kepala keluarga yang mendiami pulau itu. Joseph tidak mengusir mereka ketika membeli pulau itu. Justru Joseph meminta mereka untuk merawat ladang dan mereka tetap bisa pergi melaut seperti biasa sekaligus menjaga pulau itu. Hanya satu bulan dalam satu tahun ia mengunjungi pulau itu.

Joseph benar-benar bahagia memiliki pulau itu, suatu pencapaian dalam hidupnya. Melihat putrinya tumbuh dengan ceria bermain air, pasir di pantai.

***

“ Kau bisa mengambil alih semua saham itu, tapi tidak dengan pulau itu.” Joseph memperingatkan Adirk dengan muka menahan amarah.

“Hahahaha….semua saham mu tidak mampu menutupi semua kebangkrutanmu. Hanya dengan pulau itu kau bisa menutup semua.” Adrik tertawa puas melihat lawannya yang kini rumah pun dia tidak mampu menyewa.

“Tidak. Aku tidak akan menjual pulau itu. apa lagi menjualnya kepadamu!” Joseph berlalu meninggalkan Adrik yang masih tertawa melihatnya.

***

Joseph meminta Ignacy untuk mempersiapkan semuanya. Rencana yang mereka susun itu harus benar-benar matang dan tepat sasaran. Kali ini Joseph tidak main-main, ia sudah menjatuhkan pilihan untuk mengubur kenangannya secara terhormat daripada diinjak-injak oleh ambisi Adirk.

“Kita bisa mulai bulan depan?”

“Josh, kau yakin? Kau tidak menyesal setelahnya? Sekali aku memasukannya aku tidak mampu mencegah penyebarannya lagi . ” Ignacy meyakinkan Joseph satu kali lagi

“Kerjakan saja bagianmu.”

*Ilustrasi : Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline