Lihat ke Halaman Asli

septiya

jarang nulis lebih sering mengkhayal

Serendipity [3]

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : di sini

Cerita sebelumnya Serendipity [2]

#Little by Little Close to You

“halo Tisha? Ini Yudha..”

“ Ehh iya. Ada apa Yud?”

“Nggak…besok makan siang di soto kemarin bisa?Aku besok ke kantor Adrian kayaknya”

“emm..boleh.”

Selepas menutup telpon dari Yudha, Tisha terdiam di depan cermin meja riasnya.

“Yudh..kenapa kamu teman dari lelaki itu?” Tisha bergumam memandangi dirinya di cermin

*8*

Yudha sudah duduk menyeruput es jeruk ketika Tisha datang.

“sudah lama Yud? Sorry ya. Lagi banyak kerjaan.”

“baru kok…baru habis es jeruk segelas maksudnya.”

Tisha  justru tertawa mendengar sindiran Yudha untuknya itu. Siang itu obrolan mereka hanya seputar pekerjaan mereka masing-masing. Sampai Yudha menanyakan hal yang membuat Tisha tidak nyaman.

“Tish..kamu memang sudah kenal lama sama Adrian?”

Mendengar pertanyaan Yudha, Tisha agak tersentak. Dia terdiam untuk beberapa saat.

“Woiiii….ayam tetangga pada mati entar kalau kamu ngelamun”

“ehh..kamu tadi tanya apa?”

“Kamu sudah kenal lama sama Adrian?”

“belum lama banget kok. Eh udah ya, aku harus balik kantor lagi.”

Yudha merasa ada yang tidak beres. Tisha selalu bersikap aneh ketika dia menyinggung masalah Adrian. Tisha pun berlalu. Yudha masih terduduk memandangi Tisha berjalan keluar.

“Apakah kamu wanita yang Adrian ceritakan waktu itu Tish?” Adrian menghela nafas, berharap dugaannya meleset kali ini.

*8*

Malam itu Yudha harus lembur di kantornya, menyelesaikan gambar rancangan yang harus dia presentasikan besok pagi. Tiba-tiba dia teringat kejadian tadi siang, dimana Tisha langsung pergi ketika dia bertanya soal Adrian. Diraihnya handphonenya.

“Halo..Tish…kamu dimana? Temenin aku makan mau nggak ?”

“Yang bener aja sih….aku sudah mau pulang ini. Lagian aku lagi diet.”

“Aku jemput kamu sekarang ya.”…Klikk..Yudha langsung menutup telponnya. Tisha hanya bisa menggerutu menanggapi sikap Yudha.

Setengah jam berlalu, Yudha belum muncul juga. Telponnya pun juga tidak diangkat.

“Kemana sih ini orang? Demi apa pula aku mau nunggu dia kaya gini. Mending pulang dari tadi.” Tisha keluar dari kantornya. Tadi karena telepon dari Yudha, dia meminta pak Nomo pulang duluan.

“Tau bakal kaya gini, tadi pak Nomo suruh nungguin.”gerutu Tisha

Sepuluh menit Tisha berdiri dipinggir jalan menunggu taksi yang entah malam itu kenapa tidak ada yang lewat juga. Hingga sebuah CRV hitam berhenti di depannya.

“Sorry…lama ya?” suara lelaki dari dalam mobil

“menurut mu?” Tisha memasang wajah bête

Mobil itu meluncur kembali, menuju sebuah rumah makan seafood.

“Maaf…mukanya jangan ditekuk terus gitu lah. Merinding aku lihatnya.”

“Aku kan tadi bilang sudah mau pulang, lagian aku lagi diet. Aku juga tadi nggak meng-iyakan ajakanmu.” Tisha mulai ngomel

“Tapi akhirnya kamu mau nunggu aku sampai datang. Itu sudah cukup menjadi jawaban kalau kamu mau.” goda Yudha

Begitu sampai di tempat makan, Tisha hanya memesan minum. Sementara Yudha dengan lahapnya menyantap udang asam manisnya.

“kamu yakin nggak mau makan?”

“nggak..aku kan lagi diet.”

“Badan kamu sudah bagus, kenapa harus diet? Aku pesenin ya?”

“enggaak..” Tisha semakin kesel dengan Yudha. Yudha hanya tersenyum melihat ekpresi Tisha.

“Aku mau pulang, capek.” Tambah Tisha dengan muka bête nya

“Bentar lah Tish..aku kan belum selesai. Nanti aku anterin pulangnya.”

“Aku bisa naik taksi.”

Tisha memutuskan pergi begitu saja ketika melihat piring di depan Yudha sudah kosong. Dengan terburu-buru Yudha membayar bill lalu menyusul Tisha.

“Aku mau naik taksi aja.”

“Kenapa sih? Rumah kita juga searah. Emang aku ada tampang penjahat?”

“IYA..” Tisha menjawab cepat

“Hahahaha…tega banget kamu Tish. Ayolah, keburu malam kan?”

Tisha tetap berjalan menjauhi mobil Yudha. Yudha hanya memandangi Tisha yang masih berdiri di pinggir jalan menunggu taksi. Tisha mulai berjalan menyusuri trotoar, Yudha mengikuti di belakangnya. Tiba-tiba sebuah mobil melaju kencang.

“aarggghhh…nggak sopan banget tuh orang.” Baju Tisha terkena cipratan genangan air di jalan.

“hahaha…”Yudha yang berjalan tidak jauh di belakangnya justru tertawa melihat kejadian itu. Menyadari dirinya sedang ditertawakan Yudha  Tisha semakin kesal dengan Yudha.

“Ngapain sih ngikutin aku? Pulang sana.”

“Bener kamu nggak mau aku antar aja? Baju kamu kotor tuh. Ini juga sudah hampir jam sepuluh, kamu nggak takut kalau naik taksi?”

Setelah menunggu sekitar lima belas menit dengan baju yang terkena cipratan air tapi tidak ada satupun taksi yang lewat, Tisha akhirnya menerima tawaran Yudha.

*8*

“Makasih ya..sudah mau nemenin aku makan.”

“Itu juga kepaksa.”

“Iya nggak apa kamu kepaksa. Ehh..itu sebagai ganti tadi siang kamu ninggalin aku gitu aja di warung soto tadi, ya. Enak banget main ngeloyor gitu aja kamu.”

“Jadi karena itu, aku kan bilang aku banyak kerjaan.”

“Sudah sana masuk. Sudah malam. Bau juga..hahaha”

“Huh.”

Tisha keluar dari mobil dan langsung masuk ke rumah.   Sebelum meninggalkan rumah Tisha, Yudha menelpon Adrian.

“Ian…sorry…sebelumnya. Gue mau kita bersaing secara sehat.”

“Maksud loe?”

“Tisha.”

Tisha melihat dari balik jendela ketika mobil Yudha berjalan meninggalkan rumahnya. Menghela nafas.

“Ini sulit buatku Yudh, andai kamu tahu itu.”

*8*

Keesokan harinya Adrian menemui Yudha di kantornya. Adrian tidak paham dengan ucapan Yudha di telepon semalam. Bersaing secara sehat?

“Apa maksud ucapan loe semalem?”

“Gue sudah tahu, perempuan yang pernah loe certain ke gue waktu itu. Tisha kan?”

“ Maksud loe?”

“Iya…perempuan yang loe bilang suka sama loe waktu jaman kuliah. Perempuan yang menurut loe cupu, kampungan, jadi bisa loe mainin sampai kelakuan loe yang kurang ajar itu.”

“Itu dulu, waktu itu gue cuma mau bikin dia ketakutan aja.”

“Iya…dan loe berhasil.”

“maksud loe?”

“loe pernah cerita kan, setelah kejadian itu dia nggak muncul ke kampus hampir tiga bulan. Dia ketakutan. Dia depresi. Tau loe?”

Adrian terdiam mendengar ucapan Yudha. Separah itukah akibat dari “kejailan” nya waktu itu. Selepas dari kejadian itu, tepatnya satu bulan setelahnya, Adrian pindah kuliah ke Singapura. Dia sempat menanyakan kabar Tisha pada salah satu temannya. Dari temannya itu yang ia tahu hanya Tisha tidak pernah ke kampus sekitar tiga bulan. Tidak ada satupun yang tahu kemana perginya Tisha. Sekembalinya Tisha ke kampus, Tisha sudah mengubah penampilannya, tidak lagi ada yang menyebutnya kampungan, cupu, atau betty.

Adrian terduduk diam di ruangan. Sementara Yudha sudah sepuluh menit yang lalu memilih pergi, sebelumnya Yudha sempat berkata kepadanya “Gue….yang bakal jagain dia. Meskipun dia nggak ada cinta buat gue dari dia.”

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline