Lihat ke Halaman Asli

Septiya Agestin Cahyaningrum

Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang

Pelatihan Pemetaan Kasus DBD Menggunakan QGIS Sebagai Bentuk Peran Aktif Mahasiswa UNNES Dalam Menciptakan Solusi Cerdas Bagi Dinkes Kudus

Diperbarui: 2 November 2024   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo Aplikasi QGIS

Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat UNNES berhasil menyelenggarakan pelatihan pemetaan persebaran kasus DBD menggunakan aplikasi QGIS sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan analisis data spasial di kalangan tenaga kesehatan dan mahasiswa di bidang pencegahan penyakit menular. Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Senin (09/09/2024) di Operational Room (Oproom) Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, diikuti oleh 6 peserta staf sub-bidang P2PM. Dengan tujuan utama pelatihan ini adalah meningkatkan kemampuan staf P2PM dalam membuat peta persebaran kasus DBD sehingga dapat memvisualisasikan daerah rawan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD.

Ririn, salah satu koordinator pengelola program DBD di Dinkes Kabupaten Kudus yang mengikuti pelatihan ini menyatakan bahwa "Program ini sangat bagus karena saya masih sangat kudet tentang analisis spasial. Saya pribadi belum bisa membuat peta yang bermacam-macam, kemudian membuat peta spasial yang memang datanya sangat kami butuhkan, terutama di penyakit menular."

Lebih lanjut, Ririn mengatakan, "Analisis spasial sangat membantu kami menganalisis data lebih tepat sasaran, lebih gamblang, bahkan menyajikan ke orang lainnya juga lebih mudah. Dibandingkan hanya dengan grafik angka, diagram, sangat jauh berbeda."

QGIS atau bisa disebut dengan Quantum Geographic Information System adalah salah satu perangkat lunak open source yang digunakan untuk mengelola dan menganalisis data geografis, menawarkan berbagai alat pemetaan, visualisasi, dan analisis spasial yang mendukung berbagai format data, baik vektor maupun raster. Dengan dukungan plugin yang beragam, QGIS memungkinkan pengguna untuk melakukan tugas-tugas analisis yang kompleks, seperti buffering, overlay, dan analisis spasial lainnya. Dikarenakan sifatnya yang open source maka perangkat lunak ini dapat digunakan, di modifikasi, dan di distribusikan secara bebas oleh siapa saja. 

QGIS menjadi salah satu alat adalan yang digunakan oleh pemerintah dalam mengelola data geografis di bidang kesehatan sebagai langkah strategis dalam meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan dan perencanaan intervensi kesehatan masyarakat. QGIS, sebagai perangkat lunak open source yang mudah diakses, memungkinkan tenaga kesehatan untuk memetakan data kesehatan secara lebih akurat dan mendetail, khususnya dalam kasus penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD) dan COVID-19. Dengan bantuan QGIS, peta persebaran penyakit dapat dihasilkan dengan cepat, sehingga memungkinkan identifikasi daerah rawan dan analisis faktor risiko yang lebih mendalam. Pemerintah juga memberikan dukungan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan teknis bagi tenaga kesehatan di berbagai daerah agar mereka memiliki keterampilan menganalisis data spasial dan memanfaatkan informasi tersebut untuk menyusun program-program kesehatan yang tepat sasaran. Dukungan ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperkuat kapasitas teknologi di bidang kesehatan, meningkatkan respons terhadap wabah penyakit, dan mewujudkan sistem kesehatan yang berbasis data di Indonesia.

Peta Persebaran Kasus DBD Per.Kecamatan Kabupaten Kudus Bulan Juni Tahun 2024

Penerapan aplikasi QGIS di Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus sangatlah bermanfaat  dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan kesehatan masyarakat terutama pada sub-bagian Pencegahan Penyakit Menular. Dengan kemampuan pemetaan yang akurat, QGIS memungkinkan Dinas Kesehatan Kudus untuk mengidentifikasi dan memvisualisasikan persebaran penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD) dan penyakit lainnya secara lebih mendetail. Data spasial yang dihasilkan dapat membantu dalam analisis epidemiologi, memungkinkan petugas kesehatan untuk mengetahui daerah-daerah rawan yang membutuhkan perhatian khusus. Selain itu, QGIS memfasilitasi integrasi data dari berbagai sumber, sehingga mempermudah pengambilan keputusan berbasis data untuk merancang intervensi yang tepat sasaran. Melalui pemantauan yang lebih efektif, Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus dapat merespons dengan cepat terhadap potensi wabah, mengoptimalkan alokasi sumber daya, dan meningkatkan koordinasi antar instansi dalam penanganan penyakit menular. Dengan demikian, penggunaan QGIS berpotensi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan memperkuat upaya pencegahan serta pengendalian penyakit menular di Kabupaten Kudus Meskipun manfaatnya sangat jelas, Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus belum melaksanakan kegiatan pelatihan terkait penggunaan QGIS. Oleh karena itu, mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat UNNES berinisiatif untuk melakukan intervensi berupa Pelatihan Pemetaan Persebaran Kasus DBD menggunakan QGIS atau bisa disebut dengan DBD Tracker QGIS.

Pelaksanaan Kegiatan Intervensi

Kegiatan intervensi ini dilaksanakan pada hari Senin (09/09/2024) yang berfokus pada staf P2PM Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. Tujuan dari DBD Tracker QGIS adalah meningkatkan kemampuan staf P2PM dalam membuat peta sebaran kasus DBD sehingga dapat memvisualisasikan daerah rawan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD. Kegiatan intervensi diawali dengan pengerjaan soal pre-test terkait pengoperasian perangkat lunak QGIS, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti berupa pemaparan materi awal dan pelatihan pemetaan persebaran kasus DBD menggunakan aplikasi QGIS. Setelah kegiatan pemaparan materi dan pelatihan, selanjutnya dilakukan pengerjaan soal post-test untuk mengukur tingkat pemahaman peserta dalam melakukan analisis spasial dan pengoperasian QGIS. 

Berdasarkan monitoring dan evaluasi yang diukur melalui nilai pre-test dan post-test, 4 dari 6 peserta staf P2PM mendapatkan nilai yang rendah pada saat pre-test dan meningkat dihasil post test. Hal itu disebabkan para peserta sudah sangat memahami bagaimana cara pengoperasiani QGIS dalam pemetaan persebaran kasus DBD serta lebih mudah dalam melihat besaran kasus penyakit yang terjadi di berbagai sektor wilayah yang ada dalam lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline