Lihat ke Halaman Asli

Septi Sartika

pegiat rumah baca api literasi Lamongan

Indonesia Gagal Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U 20: Antara Politik dan Sepak Bola

Diperbarui: 4 Mei 2023   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Izza El-Dien Purnama Winardi (Mahasiswa Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Muhammadiyah Malang)

Pembatalan piala dunia U 20 dinyatakan ketika FIFA membatalkan drawing Piala Dunia di Denpasar, Bali pada 31 Maret 2023, pembatalan sejalan dengan penolakan kepada tim nasional Israel yang juga lolos menjadi peserta sehingga kemungkinan besar akan bermain di Indonesia. 

Timnas Israel adalah runner up dari Grup B Piala Eropa U-19 2022. Kemudian Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) melalui pertemuan pers pada 29 Juni 2022 menolak kedatangan Israel. Sejak saat itu, satu persatu kelompok masyarakat pun mulai meyuarakan penolakan.

Jika kita melihat tentang kemanusiaan dan kesejahteraan yang standart ganda bukan hanya FIFA tapi juga kita mengatas namakan Palestina sedangkan di balik itu juga kita bertutup mata atas ketidakadilan yang terjadi pada tragedi terbesar terhadap penindasan maupun pembantain banyak nyawa yang pelakunya di vonis hukuman ringan sehingga bebas dan mengalihkan tanggung jawab entah kemana. 

Namun, Israel yang ditolak main di Indonesia tetap bisa main di Piala Dunia U-20, begitu juga dengan Palestina. Sedangkan kita menggugurkan mimpinya sendiri batal jadi tuan rumah batal juga main di Piala Dunia U-20. 

Shin Tae-Yong mengungkapkan "Sakit hati dan lelah, saya bisa merasakan lelahnya para pemain apalagi latihan persiapan sudah tiga tahun enam bulan saya juga pernah memegang piala dunia saat di Korea tahun 2017 jadi saya tahu dengan adanya piala dunia akan berdampak baik kepada persepakbolaan negara tersebut sangat disayangkan tidak bisa digelar dan menghancurkan impian para pemain Indonesia, saya tidak bisa berkata-kata lagi," ungkapnya.

Ketua PSSI Erick Thohir telah mengusulkan kepada FIFA apa yang menjadi permasalahan di Indonesia dalam masyarakat yang mengajukan pendapat tapi FIFA menolaknya hingga pada sampai jalan tengah tentang mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan FIFA mengatakan tidak bisa karena hal tersebut termasuk diskriminasi karena politik tidak bisa di campurkan ke sepak bola. 

"Sepak bola memiliki aturan tersendiri yang laws off the game dan juga mempunyai kedaulatan tersendiri yang memiliki aturan-aturan sendiri dalam konteks reg sportivy ini yang perlu kita pahami bersama. Sehingga, sepak bola itu sangat alergi di masukkan unsur-unsur politik, kenapa? karena sepak bola jatuhnya football for unity (sepak bola untuk persatuan) dan lewat piala dunia ini persatuan ini akan coba di bangun dengan sepak bola." Ujar Akmal marhali (pengamat sepak bola).

Kalau kita membicarakan Israel bisa di gambarkan bahwa terdapat atlet Mikhail Yakovlev mewakili negaranya dalam ajang balap sepeda UCI Track Cycling Nations Cup 2023 di Internasional Velodrome di Jakarta kemudian di bulan januari atlit penembak dari israel Sergy Richter kemudian akhir tahun 2022 ada kejuaraan Dunia panjat tebing 2022 atau International Sport Climbing (IFSC) World Cup 2022 kemudian di Inter Parliamentary Union 20-22 maret, nah kalau kita bicara soal politik yang tepat adalah di Inter Parliamentary Union kemaren di sana politik yang paling pas bukan di sepak bola.

Pelatih dari Palestina itu adalah orang Israel yang bernama Azmi Nassar kemudian pemain israel itu terdapat juga orang muslim Dia Mohammad Saba, Walid Badir, Moanes Dabbur, Beram Kayal bahkan striker utama yang bernama Ahmad Salman itu orang islam yang setiap mencetak gol di melakukan sujud syukur bahkan kapten Bibras Natkho itu juga termasuk golongan dari orang muslim artinya terdapat sodara Islam juga di Israel jika kita berbicara dalam konteks keislaman tapi bukan juga kita mendukung timnas israel apa yang seperti di sampaikan Bapak Presiden Jokowi dodo bahwa "Kita tegas mendukung Hukum Kemerdekaan Palestina." Sama halnya di sampaikan oleh Nuhair Alsun "Nahnu nu'minu la yughaiyir." kita percaya dan bahkan tidak berubah akan mendukung kemerdekaan Palestina itu fakta, artinya kita hanya perlu tindakan tidak hanya memprovokasi karena di Islam mengajarkan ketika orang tuanya tidak bisa di ajak mendapatkan hidayah.

Nabi mengajarkan tidak apa-apa kita tunggu anaknya ketika anaknya tidak bisa tidak mengapa masih ada cucunya. Kita tarik Israel yang dulu tidak bisa kita ajak berdamai tapi Israel yang sekarang hadir adalah mereka anak muda yang ada potensi untuk berubah ada potensi agar di ajak bersama-sama menengakkan perdamaian di atas Dunia agar tidak ada perpecahan antara Israel dengan Palestina ini yang perlu kita tanamkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline