Lihat ke Halaman Asli

Septin Puji Astuti

TERVERIFIKASI

Ada 'Iwak Peyek' di All England 2013

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1362948848305609199

Nonton All England? Pasti karena memang All England beberapa tahun ini diselenggarakan di National Indoor Arena,Birmingham. Tapi mau menonton yang mana?

Sampai hari Kamis, hari keempat All England masih belum memutuskan mau menyaksikan pertandingan yang mana. Ya, masih bingung karena memang prestasi Indonesia akhir-akhir ini tidaklah gemilang. Ditakutkan di babak semi final atau final tidak ada pemain Indonesia sama sekali. Jadi percuma nonton All England jika tidak ada tim Indonesia.

Tahun lalu, seperti yang saya ceritakan di artikel Di National Indoor Arena, Terukir Indah Nama-Nama Anak Bangsa, hanya segelintir suporter Indonesia. Itupun kalau kita menyemangati, suporter Malaysia ikut membantu. Kasihan? Iya memang. Pelajar Indonesia di Inggris, terutama yang undergraduate, tidak sebanyak pelajar Malaysia. Pelajar dari Malaysia, selain ada yang biaya sendiri juga punya program beasiswa untuk mahasiswa S1 ke Inggris. Bahkan mereka punya program beasiswa khusus pelajar Malaysia di beberapa universitas ternama seperti di University of Oxford. Kembali ke All England lagi. Tahun lalu hanya Liliyana dan Tontowi, tim bulutangkis Indonesia yang menembus final. Hanya satu tim? Iya. Hanya satu tim. Mengharukan? Iya, mengharukan. Terharu melihat prestasi Indonesia. Terharu dengan kondisi negeri ini yang terlalu banyak diobok-obok oleh ulah orang-orang yang haus kekuasaan saja dan tidak memberi apapun kepada negeri ini kecuali pandai bersilat lidah, membohongi masyarakat dan mengeruk dana pemerintah. [caption id="attachment_209285" align="aligncenter" width="498" caption="Liliyana dan Tantowi di Final All England 2012 (Foto: Septin)"]

1352891780779160565

[/caption]

Tapi tidak mengapa meski sedikit, alhamdulillah tahun lalu Tontowi dan Liliyana bisa menaklukkan pasangan Denmark, Thomas Laybourn & Kamilla Rytter Juhl.

Tapi tahun ini, pemain Indonesia mulai menampakkan kekuatannya. Pertandingan di perempat final All England di hari Jumat, 8 Maret 2013, ada 8 tim Indonesia yang lolos babak perempat final yaitu

  • 1 Tunggal putra: Tommy Sugiarto
  • 1Tunggal putri: Lindaweni Fanetri
  • 1 Ganda putri: Rizki Amelia/Pia Zebadiah
  • 1 Ganda putra: Moh Ahsan/Hendra Setiawan
  • 4 ganda campuran: Fran Kurniawan/Shandy Putra, Muh Rizal//Debby Susanto, Tontowi/Liliyana dan Markis Kido/Pia Zebadiah

Namun akhirnya yang lolos semi final hanya ganda putra dan 3 ganda campuran: pasangan Moh Ahsan/Hendra Setiawan, Tontowi/Liliyana, Markis Kido/Pia Zebadiah, dan Muh Rijal dan Debby Susanto.

Hasil akhir pertandingan di babak final tenyata hanya mengantarkan Tontowi/Liliyana setelah mengalahkan tim Indonesia sendiri, Markis Kido/Pia Zebadiah. Mereka bertemu dengan tim Cina Nan Zhang/Yunlei Zhao yang telah menundukkan ganda campuran Indonesia, Muh Rijal dan Debby Susanto. Sementara itu di nomor ganda pria, Moh Ahsan/Hendra Setiawan tidak bisa maju ke final setelah ditaklukkan tim Cina  Xiaolong Liu/Zihan Qiu. Hasil pertandingan lengkap bisa dilihat di website resmi Yonex All England di sini.

Melihat ada tim Indonesia masuk babak final, sepertinya harus menyaksikan lagi seperti tahun lalu.

Bersama anak-anak akhirnya kami berangkat. Ya, menjadi suporter Indonesia, mumpung All England masih diadakan di Birmngham.

Semua perlatan motret dan makanan anak-anak disiapkan. Ya, makanan untuk anak-anak harus tersedia. Jaga-jaga nanti mereka rewel. Maklum saja, dua anak saya masih belum lulus balita. Jadi harus disogok makanan supaya mereka tidak rewel.

Akhirnya kami tiba juga di National Indoor Arena, tempat pertandingan All England sejak 1994. Kami sengaja datang terlambat, karena memang Tantowi dan Liliyana bertanding di akhir. Supaya anak-anak tidak terlalu bosan di dalam gedung.

Selesai menukarkan tiket, kami siap-siap masuk. Sudah tidak sabar ingin menyaksikan mereka bertanding. Setiba di pemeriksaan kami diperiksa. Kemudian petugas tanya apa isinya tas. Langsung saya jawab kamera. Dia langsung minta membuka tas. Langsung saya buka. Kemudian petugasnya bilang supaya tas yang saya bawa dititipkan di penitipan, karena tidak boleh dibawa. Saya masih tidak mengerti mengapa tidak boleh. Kemudian saya tanya mengapa tidak boleh dibawa. Dia menjawab karena tidak boleh mengambil gambar di dalam. Deeeng...langsung kecut deh. Padahal saya sudah mimpi mau mengambil gambar di gelanggang olah raga untuk latihan memotret dan siapa tahu dapat gambar bagus yang bisa 'dipamerkan'. Ternyata saya tahun ini tidak beruntung. Ya sudah, mau gimana lagi. Mau dilawan juga gak bisa.

Akhirnya saya masuk tapi masih 'nggondok'. Soalnya tahun lalu masih boleh membawa kamera, tetapi tdak boleh ada blitz-nya. Tapi saya tidak tahu sekarang kok tidak boleh. Mungkin karena perkembangan fotografi semakin bagus, jadi takutnya disalahgunakan.

Ya,mau bagaimana, lagi. Akhirnya kami masuk gelangang.

Tapi begitu melihat ada orang menggunakan kamera, saya jadi teringat kamera yang ditinggal di penitipan. Iri? Jelas. Maklum dibelain lihat final, kalau gak dapat foto ya bikin nggondok dong. Eh, tiba-tiba saya lihat ada kamera saku. Ya, anak saya memang suka bawa kamera saku yang sudah berkali-kali jatuh. Saya jadi punya ide nyuri foto. Soalnya saya lihat beberapa orang juga bawa DLSR ke dalam dan tetep motret.

Saya masuk ketika pertandingan antara Tine Baun dan Ratchanauk. Saya mencoba njepret beberapa, sekalian motretin anak-anak buat kenang-kenangan. Tiba-tiba dari atas ada yang manggil 'Hello...hello'. Saya langsung noleh. Rupanya petugas dan dia bilang 'No photography'. Eng ing eng...sudah lah...Tidak boleh. Masih nggondok karena memang tidak seperti tahun lalu yang bisa ambil foto. Tapi ya sudahlah, saya lupakan saja masalah motret. Mending menyaksikan Ratchanauk (Thailand) dan Tine Baun (Denmark).

Pertandingan tunggal putri kali tidak ada pemain papan atas seperti Wang Yihan dan Li Xuerui. Ya, Wang Yihan sudah ditundukkan Lindaweni di awal-awal pertandingan. Keren bukan?

Kembali ke Tine Baun dan Ratchanauk. Di BWF World Ranking, Tine Baun ranking 7 sementara Ratchanauk rangking 8 (sumber ini). Ratchanauk (Thailand) yang kini berusia 18 tahun pernah menjad juara dunia junior tiga kali (sumber). Sementara Tine Baun usianya hampir 34 tahun (sumber). Dengan pertandingan rubber set, akhirnya dimenangkan oleh Tine Baun.

Setelah itu pertandangin tunggal putra, Lee Chong Wei (Malaysia) dan Chen Long (Cina). Dua pemain ini memang menjadi juara dunia rangking satu dan dua. Di pertandingan ini, penonton paling ramai. Ya, suporter Malaysia dan suporter Cina sama banyaknya. Bahkan komentatornyapun bilang kalau suporternya paling rame. Tapi meski suporter sama banyaknya, ternyata tidak linear dengan permainan antara Chong Wee dan Chen Long. Pertandingan dimenangkan telak oleh Chen Long, 2-0. Cukup dua set saja.

Kini giliran Tantowi dan Liliyana. Belum apa-apa suporter Indonesia, meski cuma segelintir hebohnya bukan main. Dan tentu saja memang paling kreatif. Kata-kata 'In do ne sia', lagu 'Garuda Didadaku' sudah jadi lagu wajib suporter kita. Eh ada lagi, 'Iwak Peyek' juga menghiasi All England badminton 2013. Ya, syair yang sebenarnya sering dinyanyikan bonek ini ikut menyemangati Liliyana dan Tantowi.

Iwak peyek Iwak peyek Iwak peyek sego jagung Sampe tuwek Sampe elek Sampe matek ku mendukungmu Ya, tidak ada suporter yang nyanyi lagu itu selain superter In do ne sia. Permainan Liliyana dan Tontowi di set pertama dengan mudah dilalui. Ya mereka menang 21-13. Tetapi di set kedua, tim Cina mulai melakukan perlawanan. Tetapi permainan Liliyana dan Tontowi dengan pukulan-pukulan dahsyatnya ternyata tidak bisa membendung mereka untuk memenangkan pertandingan.  Suporter Cinapun juga sudah lelah menyemangati atau mungkin sudah sadar diri bakal dilibas habis. Ya Tontowi/Liliyana menang 2-0, tidak memberi peluang sama sekali bagi lawan. Akhirnya, Liliyana dan Tontowi menang lagi di All England 2013. Semua suporter Indonesia langsung maju ke depan untuk menyaksikan lebih dekat penyerahan piala ke pemenang. Ya, karena pertandingan terakhir, kami bisa seenaknya sendiri maju ke kursi depan karena mereka sudah meninggalkan bangkunya. Dan kami pikir bisa ambil foto karena acara sudah berakhir. [caption id="attachment_231828" align="aligncenter" width="504" caption="Liliyana dan Tontowi di All England 2013 (Foto: Septin)"]

1362948848305609199

[/caption] [caption id="attachment_231829" align="aligncenter" width="504" caption="Di acara seremoni (Foto: Septin)"]

1362949016372043429

[/caption]

Enak-enak ambil gambar, ternyata ada petugas datang, 'no photo...no photo'...tanpa ada please seperti biasanya. Ternyata masih belum boleh. Padahal tadi ketika acara pemberian piala antara Cina dan Malaysia, pada berebut ambil foto. Tapi petugas kewalahan, karena mereka banyak sekali. Asia kok dilawan. Ya akhirnya kami menghentikan berfoto ria. Kemudian saya simpan kamera saku dan saya keluar untuk ambil kamera. Saya tetep ngotot pingin ambil gambar, tapi minta ijin dulu. Saya coba meminta ijin ke petugas yang tadi jaga. Saya bilang kalau ini penting soalnya kami datang dari jauh, jadi foto itu penting dalam hidup kami. Eh petugasnya tanpa banyak ngomong langsung jawab "no, see you next year". Oke kalau gitu, saya tidak pantang menyerah, saya bilang: "I hope I can take some photos next year", eh malah dia jawab, "Thank you, I will remember you and see you next year", sambil tersenyum. Ya begitulah, sulit sekali merayu, sekali tidak ya tidak meski akhirnya banyak yang motret sambil nyuri-nyuri. Selesai acara, semua atlit dan suporter diundang Kedubes makan-makan di restoran Cina di dekat Kanal. Sebelumnya tidak ada niatan ikut, tapi tiba-tiba ingin ikut hanya ingin bertemu Liliyana. Maklum saja, saya orang desa belum pernah ketemu atlit. Jadi ingin banget salaman dengan Liliyana. Tiba di restoran ternyata Liliyana dan Tontowi belum datang. Saya nunggu di pintu depan supaya tidak kehilangan Liliyana. Eh, malah bertemu Mohammad Ahsan, Danny Bawa Chrisnanta, dan Hendra Aprida Gunawan yang baru turun dari lift. Sempat berfoto juga. Tapi fotonya untuk koleksi pribadi kami. Tidak lama muncullah Liliyana. Agak kaget juga, soalnya kelihatan beda. Yang jelas, lebih cantik. Tapi tidak sempat berfoto bersama, tapi sempat bersalaman juga. Akhirnya tercapai sudah keinginan bersalaman dengan Liliyana. Sepertinya harus bilang "wow", tapi koprolnya di rumah saja. Selesai bersalaman dengan Liliyana, sepertinya saya harus segera pulang. Ya, sudah maghrib kami harus bergegas pulang, karena hari ini sangat dingin, dan salju turun (di musim semi). Selamat buat Liliyana dan Tontowi. Selamat juga buat Moh Ahsan/Hendra setiawan, Markis Kido dan Pia Zebadiah, dan Muh Rijal/Debby Susanto yang sudah masuk semi final. [caption id="attachment_231831" align="aligncenter" width="504" caption="Liliyana dan Tontowi di acara makan bersama Kedubes setelah bertanding (Foto: Septin)"]

13629518372045337733

[/caption]

In do ne sia...prok prok ... prok prok ... prok

In do ne sia...prok prok ... prok prok ... prok

Birmingham, 10 Maret 2012

Video pertandingan Liliyana dan Tontowi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline