Anak adalah "titipan" yang diamanahkan oleh Sang Khalik. Dijaga, dirawat dan dididik dengan sebaik-baiknya. Setiap anak terlahir dengan keistimewaan dan keunikannya masing-masing. Bukan hanya yang pintar atau cerdas di bidang akademiknya, atau yang selalu mendapatkan peringkat di kelasnya saja.
Kini sudah banyak sekolah yang tidak lagi menerapkan sistem kelas unggulan. Kelas yang hanya berisikan siswa-siswi yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi. Namun sangat disayangkan, masih banyak orang tua atau wali siswa yang hanya terfokus pada peringkat/ranking yang diperoleh anak mereka saat pembagian raport.
"Karena pada dasarnya semua anak itu memiliki kecerdasan dan keunikan masing-masing. Kreativitas dan bakat itulah yang harus didukung dan dikembangkan," kata Tokoh Pendidikan Anak Seto Mulyadi, saat memberikan materi pada seminar bertajuk "Mendidik dengan Cinta" kepada ratusan guru pendidikan anak usia dini (PAUD), TK, dan SD di aula kantor Bupati Landak, di Ngabang, Selasa (10/10).
Pada saat ini lah seorang guru harusnya memberikan pengertian kepada orang tua atau wali siswa tersebut, bahwasanya setiap anak memiliki kecerdasan atau keunggulan masing-masing. Tidak boleh hanya kita nilai dari akademiknya saja, tapi dilihat dari nonakademiknya juga. Anak yang tidak unggul di bidang ilmu eksak, anak yang cnderung menyukai kesenian, olahraga, apakah akan disebut anak yang tidak cerdas? tentu saja tidak.
Bakat dan minat anak-anak itu berbeda-beda. Bisa saja anak itu lemah di bidang ilmu eksak, tapi unggul pada bidang kesenian atau olahraga atau mungkin sebaliknya. Semua anak itu special dan cerdas, namun dengan keunikannya masing-masing. Kini sebagai guru dan orang tua hendaklah bersama menggali potensi dan bakat yang dimiliki anak-anak kita. Guna memberikan dukungan agar kemampuan anak tersebut dapat berkembang.
Sederhananya dengan memberikan pujian bahkan hadiah untuk setiap bakat apa yang telah anak lakukan. Tujuannya agar anak lebih percaya diri dengan kemampuan yang ia miliki, sehingga akan lebih bersemangat lagi. Tidak dengan memaksakan kehendak kita selaku orang tua atau guru, melainkan mendampingi serta mengarahkan dan memberikan dukungan atas apa yang anak dapat lakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H