Sepagi ini aku sudah mengeluarkan sepeda ontelku untuk membeli nasi bungkus. Biasanya aku membeli jam 6 pagi tapi karena putriku ada kegiatan pagi, jam 5 aku sudah berangkat.
Baru saja hendak menutup gerbang, kudengar suara suamiku memanggilku. "yang mau kemana lagi ?" aku membatin kok lagi, padahal aku baru saja mau keluar. "beli nasi bungkus buat sarapan yang" aku menjawab dengan cepat sambil mulai mengayuh sepeda ontelku.
Lumayan batinku, bersepeda dipagi hari menikmati udara segar. Tak berapa lama sampai jugalah aku akhirnya di warung pecel langgananku, belum ada pembeli satupun, tentu saja akulah pembeli pertama.
"Bu, nasi pecel 4 ya, pakai lauk telur pindang dan tempe saja, kataku pada bu Sum si pemilik warung.
" Ya bu, saya siapkan ya" katanya.
Setelah 5 menit, 4 bungkus nasi pecel sudah tersedia, dan aku membayar 40 ribu rupiah.
Sampai rumah segera kusiapkan bungkusan nasi pecel di piring untuk suamiku dan anak-anakku. Nasi pecel buatan bu Sum ini memang enak, telur pindangnya keras dan nyoklat banget rasanya gurih dan tidak terlau manis, sedang tempe gorengya memakai tempe malang rasa kedelainya nikmat sekali, dan tak lupa peyeknya yang garing serta tidak keras.
Kuantar sebungkus nasi pecel untuk suamiku yang sedang memandikan burung-burung peliharannya.
"yah nasi pecelnya kuletakkan dimeja ya" ujarku
"beli lagi yang, bosan kapan masaknya" jawabnya dengan sedikit kesal.
Ya memang sudah 3 hari aku tidak masak dan hampir setiap pagi membeli nasi pecel, wajarlah kalau suamiku bosan. Lagian suami dan anak-anakku memang lebih suka masakanku, lebih enak dan lebih leluasa untuk tambah lauk katanya.