Lihat ke Halaman Asli

Perayaan Hari Raya Nyepi Pada Saat Pandemi

Diperbarui: 2 Maret 2022   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Setiap tahunnya umat Hindu khususnya di Bali merayakan hari raya suci besar yang dilakukan secara turun temurun, dimana segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat tidak diperkenankan baik itu bepergian keluar rumah atau melakukan aktivitas fisik lainnya, hari raya ini dikenal dengan Nyepi. Nyepi berasal dari kata sepi berarti sunyi dan lenggagang tidak melakukan kegiatan, Nyepi merupakan hari dimana hanya ada keheningan dan mendoakan untuk dapat tercapainya kedamaian. Hari raya Nyepi biasanya jatuh pada pinanggal apisan sasih kedasa atau sehari setelah tilem sasih kesanga sebagai bentuk dari penyambutan tahun baru caka. Hari raya Nyepi dilakukan oleh seluruh umat Hindu di Bali dan dijadikan sebagai hari libur nasional oleh pemerintah.

Awal mula adanya perayaan Nyepi ini adalah berawal dari India, dimana pada saat itu masyarakat India masih terbagi atas beberapa suku seperti Saka (Scythia), Pahlawa (Parthia), Yueh-chi, Yawana, dan juga Malawa. Suku-suku tersebut memiliki keinginan untuk dapat menguasai dan saling menundukkan satu dengan lainnya. Pada saat salah satu suku yakni suku Saka (Scythia) sedang mengalami masa kejayaannya mereka mampu menguasai suku bangsa yang lain, perlu diketahui bahwa suku Saka ini merupakan suku pengembara yang memiliki sifat ramah dan juga riang disetiap rintangan hidup yang dihadapinya. Namun pada saat suku Saka merasa terdesak keberadaanya oleh suku lain, suku Saka mulai membuat suatu strategi yang pada mulanya dalah perjuangan politik militer kemudian menjadi kebudayaan. Hingga pada 78 masehi seorang raja bernama Raja Kaniska dari Dinasti Kusana yang terkenal dengan kebijaksanaanya menetapkan pancangan atau kalender sistem Saka pada hari Minma 21 Maret 79. Tahun Baru Saka ini dibuat sebagai wujud hari kebangkitan, kebersamaan, kedamaian, dan juga pembaharuan. Kemudian seiring berjalannya waktu agama dan juga kebudayaan Hindu mulai memasuki dan membawa perubahan bagi bangsa Indonesia hingga sekarang Hari Raya Nyepi dapat diterima oleh Bangsa Indonesia.

Perayaan Nyepi dilakukan oleh umat beragama Hindu di Bali dengan tidak melaksanakan segala bentuk kegiatan ataupun aktivitas yang bersifat duniawi. Umat Hindu meyakini bahwa hari raya nyepi dilakukan untuk dapat mengusir berbagai sifat negatif yang telah dilakukan selama ini. Sesuai dengan artinya tahun baru saka untuk membangkitkan dan membawa perubahan menuju ke sesuatu yang lebih baik pada tahun berikutnya bagi umat Hindu. Pada perayaan hari Raya Nyepi umat beragama Hindu melakukan serangkaian upacara untuk hari raya Nyepi. Serangkaian upacara yang dilakukan yakni pertama upacara Melasti, upacara melasti atau juga dikenal dengan sebutan melis atau mekiis, merupakan upacara yang dilakukan dua hari sebelum Nyepi. Melasti dilakukan pasa saat pangelong 13 sasih kesanga yang dimana pada proses upacara ini dilakukan dengan membawa alat persembahyangan seperti pratima dan pralingga ke laut atau danau dan sumber air yang dianggap suci lainnya dengan tujuan untuk melakukan penyucian atau pembersihan kepada Sang Hyang Widhi. Kemudian yang kedua yakni upacara Tawur Kesanga yang jatuh tilem kesanga sehari sebelum Nyepi. Upacara tawur agung kesanga ini dilakukan dengan memberikan persembahan kepada para Bhuta berupa caru, dengan tujuan dari diadakannya upacara tawur agung kesanga ini yakni agar unsur atau sifat negatif yang ada pada diri manusia tidak mengikuti pada tahun berikutnya. Selanjutnya puncak perayaan yakni pada hari Nyepi tersebut, dimana umat Hindu dilarang untuk melakukan sesuatu pada hari Nyepi. Larangan atau pantangan yang harus dipatuhi pada hari Nyepi disebut dengan Catur Brata Penyepian. Adapun bagian dari larangan tersebut diantaranya amati geni artinya tidak menyalakan api, amati karya artinya masyarakat dilarang untuk melakukan aktivitas pekerjaan, amati lelungan berarti masyarakat tidak diperkenankan untuk bepergian keluar dengan makna dapat mengistirahatkan badan, serta yang terakhir yakni amati lelanguan atau tidak melakukan suatu kegiatan yang bersifat foya foya.

Setelah perayaan Nyepi berakhir tepatnya satu hari setelah Nyepi di sebut sebagai Ngembak geni, merupakan suatu tahapan akhir dari perayaan hari suci Nyepi. Ngembak berarti bebas dan geni berarti api jadi ngembak geni artinya bebas menyalakan api atau dengan kata lain ngembak geni ini dilakukan sebagai bentuk dari berakhirnya rangkaian Catur Brata Penyepian dan dapat kembali melakukan aktivitas secara normal. Pada saat hari ini umat Hindu memulai hari dengan melakukan persembahyangan dan memanjatkan doa kebaikan kepada Sang Hyang Widhi. Kemudian dilanjutkan dengan Dharma Santi atau Sima Karma dengan berkunjung ke kerabat, teman dan lainnya untuk saling memberikan maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukannya. Semua rangkaian upacara tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran dan tulus ikhlas oleh umat Hindu di Bali. Namun pada kondisi pandemi seperti sekarang sangat tidak memunginkan untuk melakukan upacara tersebut, mengingat bahwa penyebaran virus Covid-19 masih tinggi, lalu bagaiman perayaan hari raya Nyepi yang dilakukan oleh umat Hindu di masa pandemi seperti sekarang ini?.

Pada Kondisi pandemi seperti sekarang ini segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh masyaraktnya serba dibatasi, ini semua dilakukan untuk menekan penyebaran dari virus tersebut. Salah satu kegiatan yang mengalami perubahan yakni perayaan hari raya Nyepi yang biasanya di lakukan oleh umat beragama Hindu khusunya di Bali. Pada saat sebelum adanya virus Covid-19 masyarakat melakukan perayaan upacara hari raya Nyepi dengan sangat meriah, perubahan yang paling menonjol adalah ditiadakannya arak arakan ogoh-ogoh yang biasa dilakukan oleh masyarakat Bali. Selain itu upacara lainnya juga mengalami perubahan seperti upacara melasti yang diadakan biasanya dilakukan oleh banyak orang dengan beramai ramai menyungsung pratima dan pralingga untuk disucikan ke laut atau danau, namun sekarang hanya dilakukan oleh beberapa orang saja. Kemudian yang kedua upacara tawur agung yang biasanya dilakukan dengan sangat besar di Pura Agung Besakih, tetapi karena pandemi upacara tersebut hanya dilakukan oleh pelaksana utama saja. Semua itu dilakukan untuk dapat mengikuti protokol kesehatan anjuran pemerintah dengan membatasi jumlah orang ketika sedang melaksanakan upacara yadnya.

Walaupun demikian dengan segala bentuk keterbatasan dan larangan, masyarakat umat beragama Hindu di Bali tetap khusyuk melaksanakan perayaan tersebut. Hari raya Nyepi pada hakekatnya merupakan hari dimana segala bentuk hawa nafsu yang bersifat negatif berusaha untuk di kendalikan dan melakukan intropeksi diri atas segala macam perbuatan buruk yang pernah dilakukan sebelumnya. Pelaksanaan dari hari raya Nyepi ini haruslah dilakukan dengan baik berdasar atas niat yang kuat, tulus, dan ikhlas tanpa ada ambisi tertentu. Sesorang yang berhasil mengendalikan hawa nafsu maka ia telah mencapai ikatan kebabasan batin yang dilakukan dengan tulus ikhlas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline