Lihat ke Halaman Asli

Jakarta Banjir Lagi, Warga Jangan Hanya Mengandalkan Jokowi

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hujan deras yang terus mengguyur wilayah Jabodetabek sejak Jumat malam kembali mengakibatkan banjir. Debit air tak lagi tertampung di sungai dan air menenggelamkan sejumlah wilayah. Salah satu wilayah “langganan” banjir tersebut adalah Kelurahan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan.

Sama halnya dengan warga Kampung Pulo, banjir di Bukit Duri disebabkan oleh luapan Sungai Ciliwung. Kedua Kelurahan yang letaknya saling berseberangan ini, hanya dipisahkan oleh DAS Ciliwung. Artinya ketika warga Kampung Pulo kebanjiran, warga Bukit Duri pun juga terendam.

Banjir mulai tiba di Bukit Duri selepas maghrib. Air bergerak cepat. Warga yang tinggal di bantaran Sungai Ciliwung pun dipaksa untuk segera mengungsi. Khawatir karena semakin malam air semakin tinggi. Bahkan hingga pagi ini, air masih menggenangi.

SMAN 8 Jakarta Kebanjiran Lagi.

Di Kelurahan Bukit Duri terdapat salah satu sekolah unggulan nasional, yaitu SMA Negeri 8 Jakarta. Sekolah yang tahun lalu mendapat predikat peringkat 1 hasil Ujian Nasional sekolah negeri se-Jakarta dan selalu berhasil mengantarkan lebih dari 90% siswanya diterima di Perguruan Tinggi Negeri favorit ini, tak luput dari banjir. Dan Sabtu malam (22/2) banjir kembali menenggelamkan sekolah ini untuk kedelapan kalinya.

Kondisi SMAN 8 Jakarta, Minggu pagi (23/2)

[caption id="attachment_324134" align="aligncenter" width="300" caption="Banjir hingga 1 meter di Lantai 1 SMAN 8 Jakarta"][/caption]

Kegiatan belajar di SMAN 8 tentu saja terganggu. Meskipun siswa sempat diungsikan untuk belajar di Pusdiklat Pemda DKI di Kuningan, Jakarta Selatan, tetap saja KBM tidak bisa berjalan normal. Siswa yang biasanya belajar seharian, di tempat pengungsian terpaksa hanya belajar setengah hari. Keterbatasan jumlah kelas yang tersedia memaksa sekolah membagi waktu belajar para siswanya.

Kendala lain di pengungsian diantaranya keterbatasan fasilitas sarana pembelajaran, sulitnya akses karena tempat pengungsian berada di salah pusat perekonomian Jakarta, serta padatnya agenda siswa menjelang Ujian Praktek, Ujian Sekolah, Ujian Nasional, dan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi.

Semoga dengan berbagai keterbatasan, para siswa tetap berprestasi. Semoga dengan berbagai kendala, semangat siswa bisa semakin membara. Dan semoga para pemegang kekuasaan dapat segera mencari solusi, demi kepentingan terbaik siswa. Tidak hanya terus saling menyalahkan, saling lempar tanggung jawab, atau sekedar menggonta-ganti kepala dinas tanpa peningkatan kinerja.

Warga Jangan Hanya Mengandalkan Jokowi

Banjir adalah masalah klasik Jakarta yang belum mampu dituntaskan. Sejak masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda hingga masa Gubernur Joko Widodo, banjir semakin parah seiring semakin kompleksnya masalah di Jakarta. Untuk itu, harus ada upaya pencarian solusi. Bukan hanya resolusi di kalangan elit petinggi negeri ini.

Pemerintah tak boleh lagi koruptif, mereka harus bekerja melayani rakyat semaksimal mungkin. Pebisnis tak boleh lagi opotunis, mereka harus peduli dengan masalah yang membelit negeri ini. Kaum intelektual tak boleh lagi apatis, mereka harus menjadi bagian dari solusi. Bahkan warga pun demikian, tak boleh hanya berpangku tangan. Intinya semua pihak harus ambil bagian. Saling mengingatkan dan mencegah diri dari perbuatan yang dilarang Allah, karena bisa jadi rangkaian musibah ini adalah bagian dari balasan akan keburukan amal perbuatan kita.

Mari ikut serta menebar kebaikan. Perubahan ini tidak hanya untuk Jakarta, tapi untuk Indonesia.

Salam Kompasiana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline