Di ujung peta, tersembunyi sebuah kota kecil yang jarang disebut dalam percakapan atau berita. Jalanan sempitnya berkelok-kelok, membelah perbukitan hijau dan sawah yang membentang hingga sejauh mata memandang. Rumah-rumah di sini berdiri dengan sederhana, dindingnya dari kayu yang telah berumur puluhan tahun, sementara catnya mulai pudar, memunculkan kesan nostalgia yang mendalam. Kehidupan di kota kecil ini terasa seperti potret masa lalu yang beku dalam waktu.
Pagi di kota ini dimulai dengan kesunyian yang hanya dipecah oleh kokok ayam jantan dan derit becak yang perlahan mengantarkan penumpang. Para ibu menyiapkan nasi bungkus di warung pinggir jalan, menyajikan aroma wangi rempah yang menggoda setiap pejalan. Anak-anak berjalan kaki ke sekolah, mengenakan seragam yang rapi meski telah bertambal di beberapa bagian. Mereka saling bercanda di tengah suasana desa yang tenang, seperti tak terganggu oleh hiruk-pikuk teknologi yang kini mendominasi kota-kota besar.
Namun, di balik ketenangan itu, kota ini menyimpan cerita tentang perjuangan. Banyak penduduknya bekerja keras sebagai petani atau pedagang kecil yang hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Di musim kemarau, tanah sawah mereka kering, memaksa mereka mencari cara lain untuk bertahan hidup. Sayangnya, pembangunan yang menjanjikan perubahan sering kali melupakan kota ini, membuatnya semakin tertinggal dibandingkan wilayah lain.
Ketika malam tiba, kota ini berubah menjadi lautan gelap. Lampu jalan yang terbatas hanya menerangi beberapa sudut. Tetapi, di bawah langit penuh bintang, suasana ini memberikan keindahan tersendiri. Orang-orang berkumpul di teras rumah mereka, bercerita sambil menikmati teh manis hangat. Keakraban yang tulus terasa di setiap percakapan, sesuatu yang sering kali sulit ditemukan di kota besar.
Kehidupan di kota kecil yang terlupakan ini mengajarkan tentang kesederhanaan dan keteguhan. Meskipun dunia terus bergerak maju, kota ini tetap berdiri dengan pesonanya sendiri, menjadi pengingat bahwa ada nilai dalam menjaga tradisi dan kebersamaan. Bagi mereka yang berkunjung, kota ini adalah tempat di mana waktu berjalan lambat, namun memberikan pelajaran yang tak ternilai tentang kehidupan.
Kota kecil ini mungkin terlupakan oleh dunia, tetapi bagi mereka yang tinggal di dalamnya, kota ini adalah rumah---tempat di mana kenangan dan harapan berbaur menjadi satu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H