Mandailing merupakan salah satu etnis di Sumatera Utara, Daerah Mandailing dulunya adalah daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, tetapi setelah pemekaran Daerah Mandailing menyebar menjadi beberapa Kabupaten / Kota madya. yaitu Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Kota Padang Sidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas (Palas) Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta). Mandailing mempunyai kebudayaan tradisi yang disebut Marsialapari yaitu tradisi budaya lokal dalam pengelolaan sawah yang merupakan implementasi dari adat Dalian Na Tolu, yang menjelma dalam jejaring tiga dimensi Kahanggi, Mora dan Anak Boru. Marsialapari berasal dari dua suku kata yaitu alap (panggil) dan ari (hari), kemudian ditambah kata awalan mar yang berarti saling, sementara si adalah kata sambung yang kemudian menjadi kata marsialapari, yang dapat diartikan sebagai saling menjemput hari.
Marsialapari dikenal sebagai suatu kegiatan tolong menolong dan gotong royong. Karena masyarakat Mandailing dengan senang hati dan secara sukarela mau saling tolong menolong/ membantu saudara mereka yang membutuhkan bantuan yang biasanya dilakukan di sawah atau kebun. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa marsialapari adalah suatu kegiatan menolong orang lain secara bersama-sama dengan rasa gembira dan dengan harapan orang lain dapat menolong kita di waktu lain ketika kita membutuhkan.
Puncaknya kegiatan marsialapari adalah manyabi (panen) sebab bagaikan pesta yang dilakukan di sawah mereka saling menunggu baik oleh peserta marsialapari maupun anak-anak dan proses manyabi (panen) yang penuh kenangan dan sangat membahagiakan karena semua pekerjaan dilaksanakan secara bersama-sama tanpa mengeluarkan uang yang banyak. Dalam prosesnya dibantu oleh hingga sepuluh orang. Baik berasal dari teman, sanak saudara hingga tetangga, yang tua maupun muda tanpa memandang golongan dan jenis kelamin. Adapun pembagian kerja laki-laki yaitu untuk penyiapan saluran air, tanggul atau jalan. Sedangkan perempuan bekerja pada penanaman dan pemanenan. Sehingga dalam prosesnya untuk marsialapari ke sawah hanya membutuhkan waktu satu hari saja dikarenakan ada saling tolong menolong.
Budaya marsialap ari yang diharapkan dapat membentuk karakter masyarakat mandailing yang memiliki suasana kekeluargaan, kolaborasi, kekompakan, dan semangat berkerja. Melalui pemahaman terhadap budaya marsialap ari maka perkerjaan menjadi mudah, dan pengalaman-pengalamannya dapat direfleksikan. Maka dari itu, tradisi Marsialapari perlu dipertahankan karena dalam prosesnya terdapat saling bantu-membantu, bekerjasama, bergotong-royong dalam menyelesaikan suatu perkara yang dalam lingkup bersama. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika tradisi ini tetap dipertahankan, sebagai cerminan budaya lokal dari masyarakat Mandailing itu sendiri.
Terkandung sejumlah karakter dan identitas bangsa dalam tradisi marsiapalari. Namun secara garis besar, karakter dan identitas bangsa ini berasal dari lingkup budaya etnik yang kemudian secara alamiah selepas terbentuknya negara bangsa menjadi milik bersama. Dengan tetap mengolah dengan budaya global. Tidak semua karakter budaya etnik yang menjadi karakter bangsa. Umumnya yang bersifat universal dan mendukung karakter bangsa.
Ditengah dampak negatif yang timbul akibat arus globalisasi menyebabkan semakin terkikisnya gotong royong sehingga menjadikan masyarakat yang individualis, maka dari itu perlu diperkuatnya nilai karakter. Adapun nilai karakter yang terkandung pada kebudayaan tradisi Marisalapari gotong royong, peduli lingkungan dan peduli sosial. Maka dari itu kebudayaan ini harus tetap dilestarikan kepada generasi selanjutnya bukan hanya pada masyarakat Mandailing saja tapi seluruh masyarakat Indonesia agar tetap bersatu dan bersama.
Takari, M. (2010). SENI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA.
Pulungan, D. Z. (2018, January). Budaya 'Marsialap Ari'Refleksi Pembentukan Karakter Masyarakat Mandailing. In Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia (Vol. 1, No. 1).
Nama Anggota : Nuraini Razak, Fantria Yusri, dan Septiani Dwi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H