Lihat ke Halaman Asli

Peran Pertanian dalam Menjawab Tantangan SDGs

Diperbarui: 5 Agustus 2023   06:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(17 tantangan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan) sumber : Bappenas

Studi Ekskursi atau disebut juga studi banding adalah kegiatan pembelajaran untuk menambah wawasan dan pengetehuan melalui pengamatan langsung. Studi Ekskursi atau disingkat Studek dapat dimanfaatkan pelajar terlebih mahasiswa agar dapat melihat langsung apa yang sudah di pelajarinya di mata kuliah serta dapat sebagai sumber inspirasi bahan tugas akhir berdasarkan keilmuannya dan serta menjawab tantangan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Apa itu SDGs?

SDGs (Sustainable Develoment Goals) adalah kesepakatan upaya pembangunan Yang mendorong pada perubahan berkelanjutan untuk mendorong pembangunan sosial, ekonomi dan lingkungan hidup tanpa ada pihak yang tertinggal sesuai yang disebut dalam Perpres No.59 tahun 2017 tentang Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Nasional Bekelanjutan.

SDGs ditujukan untuk mempertahankan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat agar terus berlanjut, menjaga keberlangsungan kehidupan sosial masyarakat, menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang terukur dan memiliki tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas kehidupan secara berkelanjutan.[1]

BBPPMDDTT Yogyakarta

Tempat yang pertama kali dikunjungi adalah Balai Besar Pelatihan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desat, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (BBPPMDDTT) Yogyakarta yang terletak di Jalan Parasarnya N0.16 Beran Kidul, Tridadi, Sleman. Disambut baik oleh para staf dan pegawai. Dijelaskan bahwa balai ini dibentuk dibawah kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Trasmigrasi Indonesia untuk mewujudkan SDGs terutama di lingkungan desa.

BBPPMD mengembangkan dan mengajarkan sistem pertanian terpadu yang menggabungkan pertanian, pengelolaaan dan pertenakan dalam suatu lingkungan yang nantinya akan di ajarkan kepada masyarakat  agar dapat menghasilkan pangan sendiri yang lebih sehat dan memperhatikan kelestarian lingkungan. Usaha ini juga menjawab tantangan SDGs no 2 TANPA KELAPARAN dan no 3 KEHIDUPAN SEHAT DAN SEJAHTERA.

Beberapa usaha yang dikembangkan antara lain

  • Hidroponik

(sawi yang ditanam pada intalasi hidroponik sejajar) sumber : foto pribadi

Hidroponik adalah teknik menanam tanpa media tanah, media yang digunakan adalah air sebagai penyalur nutrisi. sistem ini cocok untuk daerah yang tidak memiliki lahan seperti perkotaan.  Terdapat 3 sistem hidroponik yang dikembangkan yaitu apung, DFT (sejajar) dan NFT (miring),tanaman yang biasanya ditanam adalah sayuran seperti bayam, Pakcoy, sawi yang dapat menghasilkan pangan tambahan untuk masyarakat. Namun sistem ini memiliki modal yang besar, selain itu sistem ini tidak cocok bagi daerah yang mengalami kesulitan air.

  • Teknik Vertikultur

(sawi yang ditanam dengan teknik vertikultur) sumber : foto pribadi

Vertikultur artinya menanam secara vertikal, teknik ini cocok untuk wilayah yang tidak memiliki ruang yang luas untuk bertanam. Selain itu Vertikultur ini termasuk murah karena dapat memanfaatkan paralon yang sudah tidak dipakai dan barang - barang bekas lainnya. Vertikultur dapat menjadi salah satu contoh usaha menghasilkan pangan sendiri, tanaman yang dapat di vertikultur misalnya sawi, bayam, cabai, tomat dan tanaman hias.

  • Pengembangan komoditas pertanian
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline