Lihat ke Halaman Asli

Septian Dwi Arianto

Penulis sekadar mampir

Puisi: Permadani di Atas Debu

Diperbarui: 14 September 2021   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pinterest/Mozafarcarpet

Permadani Diatas Debu

Karya : Septian Dwi A.

Helai demi helai sutra yang terurai merayumu
Dipintal jadi satu dalam tautan dakapan debu
Bias dalam corak warna warni semu setegap bisu
Betapa pandai membayang takdir dengan semu

Tapestri menyembah pada tiap kristal yang jatuh diatasnya
Sedang permadani menggelar lelucon kelakar perihal kemewahan dirinya
Bersolek molek layaknya dara pujaan pemuda
Rupanya menyajikanmu perjamuan yang mengundang lara

Lantas kemana mengembara secebis nurani di dada?
Jawablah aku aduhai hati yang bernaung candu
Lantas mengapa jujur dalam tiap yang diatur tak lantas membuatmu mujur?
Dengarkan kataku wahai rayuan yang membelenggu
Lantas bagaimana nasib debu dalam rajutan benang yang sukar dibersihkan?
Duhai kalbu yang menyerukan rindu
Semudah itukah engkau menyembunyikannya dibawah permadani yang rapi?
Pasrahku atas segala tingkah lakumu

Menjadi permadani tak lantas menjadikanmu primadona
Menjadi sebuah hiasan halusinasi dan berulah dengan congkak tak pijak maya
Menjadikanmu pijakan para pejalan kaki yang bau, bertanah dan goyah
Mengubah kalbu jadi beku dan hancur lebur menjelma debu

Sidoarjo, 14 September 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline