[caption caption="Pentingkah 'etika' dalam kehidupan bermasyarakat saat ini? https://pbs.twimg.com"][/caption]Gus Mus: Etiket Ahok Jelek Sekali
Membaca judul di atas tentunya akan membuat sekian banyak pendukung Ahok menyiapkan amunisinya untuk segera ditembakkan. Seperti yang pernah saya akui di artikel saya sebelumnya, saya adalah golongan abu-abu, saya berusaha tidak memihak, pengecut lah kalau Anda suka menyatakannya demikian. Meskipun demikian, saya pun sontak segera meng’klik’ tautan judul dari sebuah portal berita yang cukup terkenal tersebut karena saya penasaran dengan komentar Gus Mus.
Di awal paragraf, artikel berita tulisan Rofiuddin tersebut menceritakan profil singkat dari Ahmad Mustofa Bisri, yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Mus. Setelah itu barulah memuat tentang komentar Beliau terkait kisruh antara Ahok dan beberapa anggota DPRD Jakarta. Beliau menyatakan, bahwa Ahok itu secara etiket jelek sekali. Sampai di sini, meski saya orang abu-abu, saya sempat menyayangkan bahwa orang sekelas Beliau menilai Ahok hanya sedangkal itu.
Pada paragraf selanjutnya, barulah Beliau menjelaskan, bahwa etiket itu berbeda dengan etika. Banyak sekali orang yang tidak tahu perbedaan antara etiket dan etika, termasuk saya, sehingga sejak membaca judul dan paragraf awal saja sudah memberikan respon negatif (meski hanya dalam hati).
- Pengertian ‘etiket’ adalah tata cara (adat sopan santun, dan sebagainya) dalam masyarakat beradab dalam memelihara hubungan baik antara sesama manusianya.
- Sementara ‘etika’ adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Etika
Berdasarkan pengertian yang saya kutip dari situs Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas tentunya Anda sekalian pun mungkin saat ini sudah mulai tersenyum. Ya, pengertiannya sangatlah berbeda antara etiket dan etika, sehingga mungkin saja seseorang tersebut tidak memiliki etiket namun di sisi lain menjunjung tinggi etika. Demikianlah Ahok dalam komentar Gus Mus.
Ahok disebutkan sering memberikan pernyataan seenaknya sendiri, dengan kata lain etiketnya buruk sekali, dan hal inilah yang sering sekali dipermasalahkan oleh sejumlah anggota DPRD Jakarta. Abraham Lunggana misalnya, yang mengeluhkan ucapan Ahok, bahwa ada oknum anggota dewan maling. Memang bukan hanya sekali itu kita membaca atau menonton tentang Ahok yang kurang memiliki etiket.
Kontra dengan pernyataan awal tentang etiket, Gus Mus juga tidak lupa memuji etika Ahok. Beliau berkomentar tentang kinerja Ahok dalam memberantas korupsi. Ahok adalah pemimpin yang mau berusaha untuk memutus rantai korupsi yang sudah lama membelenggu Jakarta. Kita bisa sama-sama membaca atau menonton aksi Ahok dalam hal menghentikan praktik korupsi, ia sungguh-sungguh menjaga etika.
Sekarang tinggal kita, sebagai rakyat atau pembaca dan penulis biasa, memilah antara etiket dan etika dari seorang pemimpin. Tidak sedikit di antara kita tentunya yang menganggap bahwa etiket itu penting, demikian pula yang mengganggap etika itu penting, namun jika ada seorang pemimpin yang memiliki keseimbangan antara etiket dan etikanya tentu akan menjadi pilihan yang lebih ideal. Sayangnya, secara kenyataan, pemimpin kita selama ini cenderung menjaga etiketnya, sementara etikanya sangatlah buruk.
Nah, Anda cenderung memilih yang mana, pemimpin yang memiliki etiket baik atau yang memiliki etika baik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H