Lihat ke Halaman Asli

Mencintai Kehilangan (Part 1)

Diperbarui: 2 September 2016   21:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu, aku sedang merapikan barang-barang yang akan aku bawa selama pelatihan. Dua hari kedepan, aku akan mengikuti pelatihan tentang aplikasi pendidikan. Namaku Tammy, usiaku kini 24 tahun, aku bekerja di sebuah sekolah swasta sebagai operator aplikasi. Aku mencintai pekerjaanku karena aku bisa bertemu dengan anak-anak setiap hari.

Saat semua barang sudah selesai aku masukkan ke tas, aku melirik handphoneku sekilas, LED nya berkedip tanda pesan yang belum terbaca. Ku raih handphoneku, sebuah pesan BBM.

Abay : Hay,ketemu yuk!

Alisku bertaut membaca pesan itu. Pesan itu dari Abay, teman SMP ku. Kami berkenalan, bukan saat kami masih bersekolah tapilewat media sosial. Entah sejak kapan, kami komunikasi lewat BBM. Tidak intens memang bahkan kadang terkesan aku menghindarinya karena status atau Display Picture nya yang menyeramkan.

Aku berpikir sejenak sebelum membalas pesannya. Melihat jam di layar hp, 19.32 belum terlalu malam.

Tammy : Boleh, dimana?

Abay : Danau dekat rumah, jam 8.

Tammy : Okey.

**

Aku sampai di danau jam 19.50, aku berkeliling danau tapi tidak menemukan sosok Abay. Aku memutuskan membeli beberapa snack untuk bekalku besok. Setelah keluar dari minimarket, aku lihat tidak ada satupun pesan yang masuk. Dia pasti mengerjaiku, lebih baik aku pulang, pikirku. Kemudian aku mengendarai Revoku, memutuskan untuk pulang. Tapi saat di tengah jalan, aku melihat Abay, yaa tentu aku tahu lewat akun facebooknya. Aku menepi, dia tidak melihatku. Aku menimbang-nimbang untuk berputar arah dan menemuinya atau lanjut pulang. Karena tidak ingin mengecewakannya, aku berbalik dan mengikutinya dari belakang.

Dia menepikan motornya di pinggir danau, mengeluarkan handphone dan matanya seolah berpendar, mencari seseorang. Aku hampiri dia, aku parkir motor dengan tiba-tiba tepat di samping kirinya. Dia terlihat kaget saat itu. Tidak seperti orang yang baru pertama bertemu, tidak ada saling berjabat tangan memperkenalkan diri. Dia berjalan, aku mengikuti dari belakang. Kami duduk di tembok pendek pembatas danau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline