Lihat ke Halaman Asli

Septian Dhaniar Rahman

Penerjemah dan Komikus

Hantu Hutan (Bagian 4)

Diperbarui: 15 Januari 2022   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

EMPAT

 

Bunyi lonceng membangunkanku. Ternyata aku dan istriku duduk di lantai dalam posisi saling membelakangi rapat dan terikat tali hitam yang kuat sehingga susah buat kami bergerak. Aku hanya memakai celana dalam, baju dan celanaku entah ke mana, mungkin Si Jubah Hitam melucutinya. Kami terikat di ruangan yang penuh dengan kaca baik di dinding maupun di langit-langit. Aku yakin ini bukan kamar Super VIP yang tadi kami tempati. Lewat kaca itu, aku tahu juga kalau Si Jubah Hitam juga telah melucuti baju dan celana istriku. Sungguh Sompret.

"Kangmas?" istriku bersuara lirih, lalu menguap lebar. "Dia membohongi kita, Kangmas. Sudah kabur dia tampaknya."

"Mengapa dia kabur, Diajeng?"

"Dia kabur karena gagal membunuh kita berdua."

"Terus ikatan tali ini?"

"Aku tidak tahu siapa yang mengikat kita, Kangmas."

"Hanya orang gila yang mengikat kita berdua, Diajeng. Mungkin dia kabur ke Rumah Sakit Jiwa, kembali ke habitatnya. Sekarang jam berapa kira-kira?"

"Aku tidak tahu, Kangmas. Mari kita pikirkan bagaimana cara kita melepas ikatan ini."

"Kuat sekali ikatannya. Mungkin supaya kita tidak bisa kabur."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline