Tenaga medis menjadi garda terdepan dalam perjuangan mengadapi ujian pedemi Corona. Bukan hanya dokter saja, tetapi juga tenaga medis lainnya, seperti perawat, bidan dan bahkan tenaga administrasi RS.
Melihat karakter virus Corona yang menyebar dengan sangat cepat dan tidak pandang bulu tentu membuat kekhawatiran akut untuk sebagian masyarakat. Kepanikan tidak terelakan, kesadaran untuk ikut memerangi persebaran virus Corona ini terus di gaungkan meskipun masih sebatas himbauan. Masyarakat tetap di rumah untuk karantina mandiri, isolasi mandiri.
Cukup berjalan efektif beberapa daerah, kesadaran masyarakat berangsur membaik. Tetapi di tengah semangat melawan Corona dengan memilih tetap di rumah, muncul persoalan baru yang menguras hati.
Bagi masyarakat yang keseharianya menggantungkan kehidupan pada aktivitas sehari-hari tentu berimbas besar. Kalau tidak keluar rumah tidak dapat penghasilan untuk makan.
Persoalan serius lain, adalah keberadaan Alat Perlindungan Diri (APD) untuk tenaga medis. Jumlah RS di seluruh Indonesia menurut beberapa sumber berita mengklaim belum siap menghadapi gelombang pasien Corona yang setiap hari meningkat tajam. Ketersediaan APD sangat langka dan minim.
Bahkan pengalaman beberapa kawan menyampaikan, demi untuk melindungi diri mereka menggunakan peralatan seadanya, seperti jas hujan yang harga normalnya hanya puluhan ribu, masker yang tidak berstandar dan sarung tangan seadanya. Beberapa mengatakan, mereka juga berupaya untuk membuat sendiri APD dari mulai baju, penutup wajah, masker dan kaos tangan.
Lucunya, tersiar kabar bahwa sudah ada upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan APD ini. Jika memang betul demikian seharusnya perlu di perhatikan langkah pendistribusian agar tepat sasaran. Karena yang terjadi banyak RS masih belum menerimanya. Teman-teman medis bahkan ada yang menyebutkan katanya mereka seperti mengemis APD ini. Sungguh persoalan ini adalah persoalan serius. Tenaga medis adalah garda terdepan menghadapi Corona, jika prajurit terbaik yang rela mengorbankan banyak hal ini tidak di fasilitasi dengan perlindungan diri.
Tentu akan berimbas besar pada keberlangsungan penanganan pasien-pasien Corona. Jangan sampai banyak korban berjatuhan karena salah mengambil keputusan dengan mengabaikan hal-hal yang krusial.
Beruntung masyarakat Indonesia banyak yang berjiwa sosial tinggi, tidak menunggu waktu lama hampir sebagian besar masyarakat ikut bergerak. Mereka bahu membahu ingin ikut berperan menggalang dana untuk pengadaan APD bagi tenaga medis. Bukan hanya itu saja beberapa tokoh masyarakat dari berbagai profesi pun tidak ketinggalan untuk turut serta menghimpun bantuan demi terpenuhinya kebutuhan APD bagi tenaga medis.
Sekali lagi, Virus Corona bukan sesuatu yang sederhana. Kehadirannya yang jauh-jauh hari di negara seberang sana sudah berhasil memporak porandakan kondisi sebuah negara. Tidak hanya pada negara asal virus ini bermula, negara-negara maju seluruh dunia pun terdampak hebat. Lalu, bagaimana dengan negera kita tercinta, sudahkan kita belajar??
Sungguh sangat berbeda satu dengan yang lainnya, berbeda dalam menyikapi musibah umat manusia ini. Kesiapan pengelola negara sangat di perlukan. Dari mulai kesiapan materi, mental, spriritual. Saat inilah peran mereka para pemangku kebijakan di butuhkan untuk segera mengambil langkah tegas, serius, dan transparan terutama terkait upaya mengatasi efek domino dari musibah ini. Terkhusus masalah fasilitas dan pengahargaan bagi pahlawan Medis.