Oleh: Dra. Sepi Indriati, psi
Dunia psikologi saat ini sudah mulai dikenal oleh masyarakat. Terbukti dengan banyaknya kasus-kasus yang ditangani para psikolog semakin meningkat. Dari permasalahan yang paling ringan sampai permasalahan yang berat. Permasalahan anak-anak sampai permasalahan pada orang dewasa. Permasalah diri pribadi sampai permasalahan dalam pekerjaan, rumahtangga, sekolah dan sebagainya.
Semakin banyaknya informasi yang bisa diakses masyarakat melalui medsos turut berperan dalam meningkatkan kesadaran sebagian masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental.
Namun demikian dibutuhkan keberanian dan usaha yang sungguh-sungguh bagi seseorang untuk dapat masuk ke dalam ruang konsultasi psikologi.
Tidak sedikit yang merasa kebingungan dan tidak tahu harus kemana saat memerlukan jasa psikolog. Dan setelah mendapatkan informasi tempat praktik psikolog keberanian untuk berkonsultasi juga memerlukan nyali dan support dari sekitar.
Stigma tentang psikolog dan isu kesehatan mental sering menyebabkan orang maju-mundur dan berpikir ulang untuk datang ke psikolog. Padahal setelah berproses dengan psikolog seringkali tidak seseram yang dibayangkan. Bahkan hanya dengan sekali pertemuan tak jarang permasalahan yang sudah dipendam lama dapat terurai dan klien melanjutkan kehidupannya dengan bahagia dan lebih bermakna.
Seperti beberapa kasus berikut…
Pertama, seorang wanita muda datang diantar pria yang sudah dewasa dan matang. Jarak usia mereka cukup jauh dan ternyata mereka pasutri. Masalah yang dialami wanita tersebut adalah akhir-akhir ini merasa hubungan dengan suaminya semakin memburuk. Tidak ada komunuikasi yang sehat di dalam rumah tangganya.
Sebagai istri yang masih sangat muda (beda usia lebih 10 tahun) kebutuhan cintanya berbeda dengan suami yang sudah pernah menikah. Istri menginginkan cinta romantis dan perhatian penuh dari suami. Ingin selalu didengarkan keluh kesahnya dan dimanja. Bila terjadi konflik ingin dibicarakan bersama, didengar tanpa saling menyalahkan dan diselesaikan dengan baik.
Akan halnya suami menganggap istri terlalu mengatur, tak bisa diatur dan tak bisa diajak bicara baik-baik. Istri selalu menceritakan masalah rumah tangganya pada orangtuanya melalui HP.
Suami merasa harus memenuhi kebutuhan keluarga dan menjaga tumbuh kembang anak dari istri pertama yang saat ini diasuhnya. Suami merasa sudah memenuhi kebutuhan istri dan tidak mungkin memenuhi semua permintaan istri.